Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan perdagangan nikel dan batu bara, PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk. (SMGA) menetapkan harga penawaran umum saham perdana (IPO) Rp105 per saham.
Dalam prospektus di harian Bisnis Indonesia edisi Rabu (24/1/2024), manajemen SMGA menetapkan harga IPO tertinggi Rp105 per saham. Pada masa penawaran awal, harga penawaran Rp100-Rp105, yang kemudian ditetapkan Rp105 per saham.
SMGA akan menerbitkan 1,75 miliar (1.750.000.000) daham dengan nilai nominal Rp20 per saham. SMGA berpotensi meraup dana IPO Rp183,75 miliar.
Dana IPO akan digunakan untuk modal kerja pengadaan batu bara dan nikel sesuai kegiatan bisnis perseroan. SMGA juga melakukan pembayaran terhadap pemasok nikel dan batu bara.
Jadwal IPO Sumber Mineral Global Abadi (SMGA)
- Tanggal efektif: 23 Januari 2024
- Masa penawaran umum: 24-26 Januari 2024
- Tanggal penjatahan: 26 Januari 2024
- Tanggal distribusi: 29 Januari 2024
- Tanggal pencatatan di Bursa Efek Indonesia: 30 Januari 2024
Sementara itu, SMGA akan memanfaatkan peluang dari meningkatnya permintaan nikel seiring dengan masifnya tren kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Direktur Utama SMGA Julius Edy Wibowo mengatakan, prospek komoditas nikel masih cukup cerah ke depannya. Hal itu diperkuat dengan temuan Badan Energi Internasional alias The International Energy Agency (IEA) yang memperkirakan permintaan nikel dunia akan terus mengalami pertumbuhan.
Baca Juga
Menurutnya, permintaan nikel diprediksi naik dari 2.340 kiloton (KT) pada 2020 menjadi 6.250 KT pada tahun 2040. Meningkatnya permintaan akan nikel terutama didorong oleh naiknya kebutuhan dari industri kendaraan listrik dan baterai.
“Kebutuhan dunia terhadap industri nikel sangat besar, tidak hanya untuk baterai kendaraan listrik [EV] tetapi juga untuk segala macam baterai,” ujar Julius dalam keterangannya, pada Jumat, (19/1/2024).
Tim Riset Victoria Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek menilai, SMGA memiliki prospek bisnis yang menarik seiring tumbuhnya permintaan nikel terutama untuk permintaan baja anti karat (stainless steel). Saat ini, sebanyak 65% dari konsumsi nikel global masih digunakan untuk produksi stainless steel.
SMGA yang juga merupakan anak usaha emiten batu bara, PT Sumber Global Energy Tbk. (SGER) itu juga diprediksi memiliki prospek cerah di bidang batu bara.
Julius mengatakan, SMGA akan menggunakan dana hasil IPO untuk modal kerja dalam rangka pengadaan nikel dan batu bara, sebagai pembayaran atas pembelian nikel dan batubara dari supplier guna memenuhi kontrak pengadaan dengan berbagai pihak.
Dia juga meyakini permintaan batu bara perseroan masih solid ke depan. Hingga tahun 2025, IEA memperkirakan penggunaan batu bara Indonesia akan tumbuh 4,7% per tahun, dipimpin oleh perluasan armada pembangkit listrik batu bara hingga 10 gigawatt (GW).
Tak hanya itu, SMGA juga memiliki bisnis di pertambangan batu gamping. Julius menyebut, batu gamping ini menjadi material campuran yang berperan vital di industri smelter nikel. Material gamping digunakan untuk mengurangi impurities atau kotoran yang terkandung dalam bijih nikel.
“Dengan sentimen-sentimen positif ini, kami meyakini kinerja SMGA ke depan akan bertumbuh setelah melakukan IPO,” pungkas Julius.