Bisnis.com, JAKARTA — Belum genap satu tahun melantai di Bursa Efek Indonesia, Direktur Utama PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk. (SMGA) Julius Edy Wibowo mengajukan surat pengunduran diri.
Corporate Secretary SMGA Mona Dita Saraswati mengatakan Julius Edy Wibowo mengajukan pengunduran diri dari jabatannya selaku Direktur Utama pada 16 Juli 2024.
"Perseroan akan menindaklanjuti dengan mengajukan permohonan atas persetujuan pengunduran diri tersebut dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)," kata Mona dalam keterbukaan informasi, Jumat (19/7/2024).
Mona menegaskan kejadian pengunduran diri Julius Edy tidak berdampak negatif terhadap kegiatan opersaional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsuangan usaha perseroan.
Mengutip situs resmi perusahaan, Julius menjabat sebagai Direktur Utama SMGA sejak tahun 2023 berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk No. 107 tanggal 13 September 2023.
Adapun masa jabatan Julius sejatinya akan berakhir sampai dengan penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan yang diadakan pada tahun 2028.
Baca Juga
Sebelum menjabat sebagai Direktur Utama SMGA, Julius menduduki posisi Holding Director and Subsidiary’s President Director di PT Wirasena Cipta Reswara pada kurun waktu 2021-2013.
Sebagai infromasi, PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk. (SMGA) resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (30/1/2024).
Kala itu, SMGA menerbitkan 1,75 miliar (1.750.000.000) saham dengan nilai yang ditawarkan adalah Rp105 per saham. Alhasil SMGA meraup dana IPO Rp183,75 miliar.
Pada masa penawaran umum, saham SMGA mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed sebanyak 23,52 kali dari total saham IPO SMGA, atau oversubscribed sebanyak 156,77 kali dari porsi pooling.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, SMGA membidik pendapatan tumbuh tiga kali lipat menjadi Rp1 triliun dengan laba bersih berkisar 10% dari pendapatan sepanjang 2024.
Direktur Utama SMGA Julius Edy Wibowo mengatakan setelah IPO, SMGA akan membidik pendapatan sekitar Rp1 triliun sepanjang 2024 atau tumbuh tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“[Laba bersih] Ekspektasinya kurang lebih sekitar 10% dari pendapatan,” kata Julius, Selasa (30/1/2024).
Lebih lanjut, pendapatan Rp1 triliun yang dibidik masih akan didominasi oleh komoditas nikel sebesar 60%, batu bara 30% dan batu gamping sebesar 10%. SMGA pun masih optimis dengan harga nikel saat ini di level sekitar US$15.000 per ton.
“Kami tidak hanya bergantung di harga nikel saja. Tapi karena kami punya end to end, baik dari sisi supply maupun logistik sampai dengan end usernya. Partner yang sudah proven,” jelas Julius.
Jadi, kata Julius, meskipun harga nikel tertekan, selama SMGA dapat beroperasi secara efektif maka margin masih akan tetap terjaga meski bukan posisi margin terbaik. Hal tersebut karena SMGA telah memiliki pelanggan tetap yaitu smelter-smelter dan end user lainnya.
Di sisi lain, SMGA menganggarkan belanja modal sebesar Rp100 miliar yang akan digunakan untuk pengembangan anak usaha, tidak termasuk akuisisi tambang nikel baru.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.