Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan perdagangan nikel dan batu bara, PT PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk. (SMGA) akan memanfaatkan peluang dari meningkatnya permintaan nikel seiring dengan masifnya tren kendaraan listrik (electric vehicle/EV).
Diketahui, SMGA akan segera melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana atau IPO saham pada 29 Januari 2024 mendatang.
Direktur Utama SMGA Julius Edy Wibowo mengatakan, prospek komoditas nikel masih cukup cerah ke depannya. Hal itu diperkuat dengan temuan Badan Energi Internasional alias The International Energy Agency (IEA) yang memperkirakan permintaan nikel dunia akan terus mengalami pertumbuhan.
Menurutnya, permintaan nikel diprediksi naik dari 2.340 kiloton (KT) pada 2020 menjadi 6.250 KT pada tahun 2040. Meningkatnya permintaan akan nikel terutama didorong oleh naiknya kebutuhan dari industri kendaraan listrik dan baterai.
“Kebutuhan dunia terhadap industri nikel sangat besar, tidak hanya untuk baterai kendaraan listrik [EV] tetapi juga untuk segala macam baterai,” ujar Julius dalam keterangannya, pada Jumat, (19/1/2024).
Adapun, dalam proses IPO, SMGA akan menerbitkan 1,75 miliar (1.750.000.000) daham dengan nilai nominal Rp20 per saham. Harga penawaran Rp100-Rp105 sehingga SMGA berpotensi meraup dana IPO Rp175 miliar-Rp183,75 miliar.
Baca Juga
Tim Riset Victoria Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek menilai, SMGA memiliki prospek bisnis yang menarik seiring tumbuhnya permintaan nikel terutama untuk permintaan baja anti karat (stainless steel). Saat ini, sebanyak 65% dari konsumsi nikel global masih digunakan untuk produksi stainless steel.
SMGA yang juga merupakan anak usaha emiten batu bara, PT Sumber Global Energy Tbk. (SGER) itu juga diprediksi memiliki prospek cerah di bidang batu bara.
Julius mengatakan, SMGA akan menggunakan dana hasil IPO untuk modal kerja dalam rangka pengadaan nikel dan batu bara, sebagai pembayaran atas pembelian nikel dan batubara dari supplier guna memenuhi kontrak pengadaan dengan berbagai pihak.
Dia juga meyakini permintaan batu bara perseroan masih solid ke depan. Hingga tahun 2025, IEA memperkirakan penggunaan batu bara Indonesia akan tumbuh 4,7% per tahun, dipimpin oleh perluasan armada pembangkit listrik batu bara hingga 10 gigawatt (GW).
Tak hanya itu, SMGA juga memiliki bisnis di pertambangan batu gamping. Julius menyebut, batu gamping ini menjadi material campuran yang berperan vital di industri smelter nikel. Material gamping digunakan untuk mengurangi impurities atau kotoran yang terkandung dalam bijih nikel.
“Dengan sentimen-sentimen positif ini, kami meyakini kinerja SMGA ke depan akan bertumbuh setelah melakukan IPO,” pungkas Julius.