Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) ritel atau sukuk ritel seri SR018 tetap cemerlang meskipun The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps).
Hal tersebut tercermin dari penjualan sukuk ritel seri SR018-T3 dan SR018-T5 mencapai Rp19,46 triliun jelang penutupan penawaran besok Rabu, (29/3/2023). Adapun, target penjualan kedua sukuk ritel yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp20,5 triliun.
Corporate Secretary Bank BRI Aestika Oryza Gunarto mengatakan, penjualan SR018 sudah melampaui target meski dibayangi oleh kenaikan suku bunga The Fed.
"Di tengah kenaikan suku bunga acuan The Fed dan ketidakpastian ekonomi global di mana beberapa bank mengalami kebangkrutan, SR018 tetap menjadi salah satu alternatif investasi yang aman dan memberikan imbal hasil yang menarik bagi investor," ujar Aestika kepada Bisnis, Selasa, (28/3/2023).
Menurutnya, penjualan SR018 lebih ramai diminati investor dibandingkan seri sebelumnya yakni SR017. Hal ini karena imbal hasil yang ditawarkan lebih tinggi dan menarik.
Sebagai informasi, sukuk ritel seri SR018-T3 memiliki kupon sebesar 6,25 persen fixed per tahun. Seri ini dijual dengan harga per unit Rp1 juta dan akan jatuh tempo pada 10 Maret 2026. Nilai pemesanan minimum untuk SR018-T3 yakni Rp1 juta dan pemesanan maksimumnya sebesar Rp5 miliar.
Baca Juga
Sementara itu, seri SR018 T5 memiliki tingkat kupon dengan imbal hasil sebesar 6,40 persen fixed per tahun yang jatuh tempo pada 10 Maret 2028. Nilai pemesanan minimum untuk SR018 T5 yakni Rp1 juta dan pemesanan maksimumnya Rp10 miliar.
"Total transaksi SR018 posisi tanggal 24 Maret 2023 sudah lebih dari Rp1,3 triliun dengan rincian penjualan SR018-T3 sebesar 78 persen dan SR018-T5 sebesar 22 persen dari total penjualan," paparnya.
Di lain sisi, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan perubahan suku bunga perlu diwaspadai oleh investor ritel, karena harga instrumen bisa naik atau turun apabila terjadi perubahan suku bunga.
"Jadi besaran return dari sukuk ritel ini sangat bergantung pada kondisi suku bunga, baik di nasional maupun global. Suku bunga nasional memang tidak lepas dari pengaruh global seperti The Fed, dan kondisi tersebut akhirnya mempengaruhi besaran kupon yang ditawarkan," ucap Ramdhan.
"Pada saat penawaran, yang menjadi pembandingnya adalah tingkat suku bunga yang ada di pasar pada saat penerbitan. Oleh karena itu, tingkat kupon sukuk ritel sering berubah-ubah seiring perubahan kondisi suku bunga," tandasnya.