Bisnis.com, JAKARTA - PT Goto Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) merilis kinerja akumulasi rugi mencapai Rp214,72 triliun hingga semester I/2025. Akumulasi rugi itu bertambah setelah perusahaan melaporkan membukukan rugi Rp741,95 pada semester I/2025.
Dalam laporan keuangan yang ditelaah terbatas oleh Handri Tjendra dari kantor akuntan Ernst and Young (EY) dengan hasil tidak terdapat hal tidak wajar tercatat GOTO melaporkan terjadi penurunan aset dari Rp43,2 triliun menjadi Rp42,31 triliun. Penurunan itu terutama disumbang dari penurunan kas setara hingga deposito.
GOTO melaporkan, kas dan setara kas perusahaan turun dari Rp19,17 triliun menjadi Rp17,77 triliun. Sementara itu deposito menyusut dari Rp1,74 triliun, menjadi Rp447,93 miliar. Meski demikian, catatan laporan keuangan tidak menjelaskan detail penyebab penurunan kas ini.
Sementara itu dari pos laporan laba-rugi, GOTO melaporkan meraih pendapatan bersih Rp8,55 triliun. Tumbuh solid dari posisi Rp7,73 triliun. Laporan keuangan mencatatkan GOTO juga memangkas biaya besar-besaran dari hampir semua lini.
Terdapat lima pos beban seperti beban pokok pendapatan, beban umum dan administrasi, beban penjualan dan pemasaran, beban operasional dan pendukung, serta beban amortisasi mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hanya pos pengembangan produk yang mengalami kenaikan belanja menjadi Rp1 triliun dari sebelumnya Rp851,7 miliar. Total beban yang ditanggung adalah Rp8,73 triliun berbanding Rp9,46 triliun.
Meski demikian, secara total GOTO masih mengalami rugi operasional sebesar Rp171,59 miliar. Sebagai perbandingan periode tahun lalu perusahaan membukukan rugi operasional Rp1,72 triliun.
Baca Juga
Secara keseluruhan, GoTo Gojek Tokopedia mencatatkan penyusutan rugi bersih menjadi Rp742 miliar di semester I/2025, dari sebelumnya sebesar Rp2,84 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun secara kuartalan, GOTO untuk pertama kalinya mampu mencetak laba usaha sebesar Rp21 miliar pada kuartal II/2025 ini. Hal ini berbanding terbalik dari rugi usaha sebesar Rp172 miliar pada kuartal II/2024.
Alhasil, rugi bersih GOTO tercatat susut menjadi Rp742 miliar pada semester I/2025, susut 74% dari sebelumnya rugi bersih sebesar Rp2,84 triliun secara tahunan.
GOTO juga mencatatkan peningkatan EBITDA yang disesuaikan sebesar Rp820 miliar semester I/2025.
Direktur Utama GOTO Patrick Walujo menyebut capaian kuarta II merupakan capaian baru perusahaan. Dia mengklaim GTV inti Grup, pendapatan bersih, EBITDA, EBITDA yang disesuaikan mencetak rekor tertinggi baru.
“Kami tetap berada di jalur yang tepat untuk mencapai pedoman kinerja kami sejalan dengan upaya kami untuk menciptakan bisnis teknologi yang berkelanjutan, berfokus pada pelanggan yang mendukung kehidupan jutaan mitra pengemudi dan mitra usaha di seluruh Indonesia,” kata Patrick dalam pernyataannya, Rabu (13/8/2025).
Patrick juga menjelaskan GOTO terus berinvestasi di infrastruktur teknologi, termasuk kesuksesan perseroan dalam melakukan migrasi cloud, digabungkan dengan perkembangan pesat dalam strategi AI GOTO, mampu mengatasi hambatan dan membuat GOTO berada di posisi yang baik untuk pertumbuhan di masa depan.
Sementara itu, Direktur Keuangan GOTO Simon Ho menjelaskan EBITDA Grup yang disesuaikan mencapai Rp427 miliar merupakan yang tertinggi dalam perjalanan perusahaan. Dia menyebut pertumbuhan pendapatan juga didukung peningkatan efisiensi biaya di seluruh ekosistem.
“Seiring dengan skala yang kami kembangkan, kami mengoptimalkan daya ungkit operasional dan menerapkan disiplin keuangan yang ketat untuk menjaga profitabilitas, untuk menciptakan nilai tambah jangka panjang bagi pemegang saham,” tutur Simon.
GOTO juga menyampaikan telah menyelesaikan proses migrasi cloud yang kompleks pada kuartal kedua, dengan melakukan transisi sistem ke Alibaba Cloud dan Tencent Cloud. Migrasi ini diperkirakan akan mengurangi biaya cloud tahunan lebih dari 50%, sekaligus memberikan kelincahan yang lebih tinggi serta mempercepat waktu peluncuran fitur-fitur baru.
Perusahaan telah membentuk pusat teknologi baru di China. Langkah ini menurut manajemen akan mempercepat peta jalan produk GOTO serta meningkatkan kapabilitas seluruh organisasi rekayasa di Indonesia dan wilayah lainnya melalui alih pengetahuan.
Sebelumnya, Berdasarkan data terminal Bloomberg, konsensus memperkirakan GOTO mampu mencetak pendapatan sebesar Rp4,41 triliun pada kuartal II/2025. Pendapatan ini diperkirakan naik 20,78% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,6 triliun.
Sementara itu, rugi bersih GOTO diperkirakan menyusut menjadi Rp142,5 miliar, dari sebelumnya sebesar Rp1,83 triliun.
Konsensus juga memperkirakan gross transaction value atau GTV GOTO mencapai Rp159,1 triliun pada kuartal II/2025.
Di sisi lain, dari 31 analis, sebanyak 24 analis memberikan rekomendasi buy untuk GOTO, dengan 7 analis menyarankan hold untuk saham GOTO.
Rekomendasi buy terbaru untuk saham GOTO diberikan oleh BNI Sekuritas, dengan target harga sebesar Rp100 per saham. Demikian juga dengan Mandiri Sekuritas yang memberikan rekomendasi buy untuk saham GOTO, dengan target price (TP) Rp106 per saham.
Adapun rekomendasi hold diberikan Bahana Sekuritas, dengan TP Rp73 per saham. Morgan Stanley juga memberikan rekomendasi hold, dengan TP sebesar Rp91 per saham.
--
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.