Bisnis.com, JAKARTA - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada perdagangan Rabu (13/8/2025) waktu setempat di tengah harapan bahwa Federal Reserve (The Fed) semakin dekat memulai siklus pelonggaran moneter.
Melansir Reuters pada Kamis (14/8/2025), reli bursa AS ditandai dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq yang kembali mencatat rekor penutupan tertinggi. Indeks S&P 500 tercatat menguat 20,82 poin atau 0,32% menjadi 6.466,58, sedangkan Nasdaq Composite bertambah 31,24 poin atau 0,14% menjadi 21.713,14.
Selanjutnya, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 463,66 poin atau 1,04% menjadi 44.922,27.
Sinyal bahwa tarif impor AS belum sepenuhnya memengaruhi inflasi konsumen utama menjadi angin segar bagi investor pekan ini, di tengah pencarian petunjuk dampak ketidakpastian perdagangan terhadap perekonomian.
Berdasarkan CME FedWatch Tool, pelaku pasar kini sepenuhnya memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya. Terakhir kali bank sentral menurunkan biaya pinjaman adalah pada Desember lalu.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Rabu menyebutkan bahwa pemangkasan agresif sebesar 50 basis poin juga mungkin dilakukan, mengingat data ketenagakerjaan terbaru menunjukkan pelemahan.
Baca Juga
Investor juga mulai melirik sektor-sektor lain setelah reli saham AS yang dipimpin teknologi mendorong valuasi S&P 500 melampaui rata-rata jangka panjangnya.
Di sisi lain, pasar menunjukkan pelemahan di sejumlah saham teknologi setelah reli kuat sehari sebelumnya.
Sejumlah saham teknologi besar seperti Nvidia, Alphabet, dan Microsoft — yang termasuk dalam kelompok Magnificent Seven — ditutup melemah, seiring investor mencari sumber pertumbuhan baru.
Saham Apple naik 1,6% setelah munculnya laporan bahwa perusahaan tersebut tengah merencanakan ekspansi ke segmen robot bertenaga AI, keamanan rumah, dan smart display.
Katherine Bordlemay, Co-Head Client Portfolio Management, Fundamental Equities di Goldman Sachs Asset Management menyebut, valuasi saham-saham tersebut memang tinggi. Namun, pada akhirnya, kuncinya ada pada kinerja laba.
"Itulah yang kita lihat sekarang,” ujarnya.
Dia menambahkan, perbedaan imbal hasil antar saham di AS saat ini berada di salah satu level tertinggi dalam 30 tahun terakhir.