Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada akhir perdagangan sesi pertama hari ini, Senin (16/01/2023) dengan naik 0,16 persen ke posisi 6.652,49. Sementara indeks menguat, saham-saham seperti BMBL, SOUL, ELIT dan CBRE yang belum lama ini IPO justru berguguran dan masuk jajaran top lossers.
Emiten bimbingan belajar (Bimbel) asal Depok, PT. Lavender Bina Cendikia Tbk. (BMBL) tercatat merosot 9,42 persen ke Rp125. Lalu ada saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk.(CBRE) yang turun 6,92 persen ke Rp148. Selanjutnya emiten minuman beralkohol PT Hatten Bali Tbk. (WINE) turun 6,79 persen ke posisi Rp302.
Adapun saham PT Mitra Tirta Buana Tbk. (SOUL) jeblok dengan turun 6,35 persen . Lalu emiten milik pengacara kondang Hotman Paris, Data Sinergitama Jaya Tbk. (ELIT) juga ambles sebesar 6,33 persen ke posisi Rp148.
Emiten-emiten tersebut baru beberapa pekan saja melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), BMBL misalnya, baru listing pada tanggal 11 Januari 2023, adapun harga penawaran kala itu senilai Rp188 per saham. Sementara SOUL dan ELIT baru listing pada 06 Januari 2023 dengan harga penawaran awal sebesar Rp110 dan Rp120 per lembar saham.
Terakhir saham CBRE yang secara resmi melantai di bursa pada tanggal 09 januari 2023 dengan harga penawaran awal sebesar Rp108 per lembar saham.
Sebelumnya Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia Budi Frensidy mewanti-wanti ntuk menghindari risiko capital loss dari investasi di saham pendatang baru, Budi mengatakan, investor perlu melakukan analisis sendiri, baik dari sisi prospek maupun valuasinya.
Baca Juga
“Perlu diperhatikan apakah berprospek bagus dan valuasinya juga rendah. Pelajari prospektusnya,” kata Budi belum lama ini.
Budi juga menyarankan agar investor menghindari aksi ikut-ikutan dan menghindari perusahaan yang masih membukukan rugi.
“Kalau bisa hindari pula yang menawarkan jumlah saham yang sangat banyak dan yang tidak berencana membagikan dividen hingga beberapa tahun mendatang,” ujarnya.
Semnetara Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menuturkan investor perlu memperhatikan nilai perolehan dana IPO. Menurutnya, size IPO yang nilainya diatas Rp500 miliar, akan cenderung memiliki peluang kenaikan atau autoreject atas di hari pertama yang lebih terbatas, dibandingkan calon emiten yang size perolehan dana IPO-nya dibawah Rp500 miliar.
"Warning dan hati-hati, jika di tengah jalan dalam proses book building, calon emiten melakukan revisi harga ke bawah, atau revisi jumlah penerbitan saham menjadi lebih sedikit," kata Ike kepada Bisnis, Selasa (27/12/2022).
Dengan revisi tersebut, Ike mengatakan jumlah dana segar yang kemungkinan diraih calon emiten bisa berkurang. Dia menjelaskan, biasanya pengurangan jumlah lembar saham, ataupun yang menyebabkan nilai dana IPO berkurang, merupakan dampak test market yang kurang baik atau kurang sustain.
Dengan demikian, untuk menurunkan risiko undersubcribe, maka sebelum book building selesai, jumlah atau nilai IPO akan dikurangi, menyesuaikan dengan permintaan di pasar agar tetap oversubcribe.
Lebih lanjut, Ike menyarankan investor harus memperhatikan tujuan emiten melakukan IPO untuk menghindari jebakan IPO atau IPO trap.
Dia menyarankan investor memperhatikan kinerja dan kondisi industri tersebut. "Selain itu, adanya nama pemegang saham lama juga turut mempengaruhi persepsi investor," tuturnya.