Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Dibuka Hijau, Saham Minol WINE & BEER Jadi Top Gainers

Sebanyak 172 saham menguat, 85 saham melemah, dan 215 saham bergerak di tempat pada awal perdagangan IHSG hari ini
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu kantor perusahaan sekuritas di Jakarta, Kamis (12/1/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini, Jumat (13/1/2023). Saham minuman beralkohol WINE dan BEER ikut menguat bersama penguatan IHSG.

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 09.00 WIB, IHSG dibuka menguat pada posisi 6.642,26 atau naik 0,19 persen. IHSG sempat bergerak di rentang 6.629-6.642 sesaat setelah pembukaan.

Tercatat, 172 saham menguat, 85 saham melemah, dan 215 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar IHSG terpantau menjadi Rp9.221 triliun.

Beberapa saham tercatat menguat seperti PT Midi Utama Indonesia Tbk. (MIDI) yang naik 22,28 persen ke 4.500, PT Hatten Bali Tbk. (WINE) naik 10,27 persen ke 322, dan PT Nusantara Almazia Tbk. (NZIA) naik 4,31 persen ke 242. Selain itu, saham minuman berlakohol lainnya PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk. (BEER) juga menguat dengan naik 2,92 persen ke level 282.

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova mengatakan IHSG akan tetap berada di awal pembalikan tren, selama posisinya masih berada di atas level 6.558.

Ivan memperkirakan, IHSG juga akan menguji level resistance di posisi 6.727, untuk mengonfirmasi tren kenaikannya masih akan berlangsung lebih lama.

“Saat ini support IHSG berada di level 6.558, 6.510 dan 6.406, sedangkan resistance-nya di 6.727, 6.800 dan 6.900. Berdasarkan indikator, MACD menandakan momentum bearish," ungkap Ivan dalam riset harian, Jumat (13/1/2023).

Sebelumnya, saham Asia bergerak di zona hijau pada perdagangan Kamis (12/1/2023), karena investor menunggu untuk melihat apakah data AS akan mengkonfirmasi penurunan inflasi. Ekonom memperkirakan inflasi AS periode Desember lebih lambat ke level 5,7 persen (yoy) dari 6 persen pada bulan sebelumnya, sementara secara bulanan stagnan.

Perlambatan inflasi akan mengurangi kebutuhan untuk menaikkan suku bunga. Pelaku pasar juga memproyeksikan inflasi yang lebih rendah akan membuat kenaikan suku bunga the Fed sebesar 25 bps daripada 50 bps pada pertemuan bulan berikutnya.

Kalangan investor berspekulasi Fed akan memangkas suku bunga pada paruh kedua tahun ini untuk membantu menopang ekonomi yang mulai menunjukkan kelemahan karena kenaikan suku bunga di masa lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper