Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tancap Gas! IHSG Melejit 1 Persen Lebih, Duo ADMR & ADRO Melesat

Sebanyak 222 saham menguat, 76 saham merah dan 223 saham diperdagangkan stagnan pada pembukaan IHSG pagi ini.
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan berada di dekat monito pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (30/1). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) membuka perdagangan Selasa (1/3/2022) dengan melejit 1,31 persen atau 90,47 poin ke 6.978,64.

Berdasarkan data Bloomberg pada 09.01 WIB, sebanyak 222 saham menguat, 76 saham merah dan 223 saham diperdagangkan stagnan. Investor asing tercatat membukukan aksi beli bersih Rp397,42 miliar pagi ini. 

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menjadi yang paling banyak diborong asing Rp199 miliar, menyusul saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) yang dikoleksi Rp90,9 miliar.

Duo emiten tambang batu bara Boy Thohir juga bertenaga pagi ini. Saham PT Adaro Minerals Indonesia Tbk. (ADMR) melejit 8,40 persen sementara Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) naik 2,86 persen.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, berdasarkan analisa teknikal, pihaknya melihat saat ini IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan diperdagangkan pada level 6.789- 6.980.

“Hati hati ada potensi koreksi terbuka lebar, namun apabila data ekonomi di Indonesia bagus, ini akan menjadi bantalan empuk untuk mengalami penguatan,” jelasnya dalam riset harian, Selasa (1/3/2022).

Nico menjelaskan, dari sentimen luar neger, kenaikkan tingkat suku bunga The Fed kemungkinan akan tetap dilakukan, namun sama seperti Bank Sentral Eropa, kecepatannya akan berkurang dari sebelumnya. Hal ini belum termasuk mengkalkulasikan apabila Rusia membalas sanksi yang diberikan oleh dunia dengan mematikan aliran gas ke Eropa.

Pihaknya melihat apabila hal tersebut terjadi, The Fed tidak akan lagi terfokus terhadap pertumbuhan melainkan mempertahankan pertumbuhan tersebut. Namun apabila inflasi kembali mengalami kenaikkan dan tidak terkendali, maka The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga, bahkan sekalipun perekonomiannya mengalami pelemahan.

“Bagi negara emerging market, hal tersebut akan berdampak terhadap kenaikkan harga komoditas, seperti makanan pokok, gandum dan energi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper