Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Melesat Dekati Level 8.000, Efek Rebalancing MSCI Mulai Terasa?

IHSG naik 2,12% ke 7.767,14 akibat rebalancing MSCI, dengan DSSA dan CUAN masuk indeks global, sementara ADRO turun ke Small Cap.
Fahmi Ahmad Burhan, Dionisio Damara Tonce
Selasa, 12 Agustus 2025 | 14:22
Seremoni pencatatan saham perdana PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) pada Rabu, 8 Maret 2023./BEI
Seremoni pencatatan saham perdana PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) pada Rabu, 8 Maret 2023./BEI
Ringkasan Berita
  • Masuknya DSSA dan CUAN ke MSCI berpotensi menarik aliran dana dari passive fund global, sementara ADRO dipindahkan ke MSCI Small Cap Index.
  • Fenomena rebalancing ini mencerminkan rotasi struktural di sektor energi dan pertambangan Indonesia, memicu realokasi dana asing di sektor tersebut.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Sentimen rebalancing indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) mulai terasa di pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Adapun, MSCI telah mengumumkan hasil rebalancing indeks untuk periode Agustus 2025.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melesat 2,12% ke level 7.767,14 pada pukul 14:18 WIB hari ini, Selasa (12/8/2025). IHSG mencapai level tertingginya 7.774,05 dan level terendah 7.646,91.

Sebelumnya dalam pengumuman MSCI terbaru, dua saham konglomerat Indonesia dari sayap bisnis batu bara ditambahkan ke dalam acuan dunia alias MSCI Global Standard Index.

Kedua perusahaan itu adalah holding multimedia hingga tambang batu bara milik grup Sinar Mas yakni PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) serta milik Prajogo Pangestu yakni PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN).

Saat yang sama MSCI menggusur tambang batu bara yang dikendalikan Garibaldi ‘Boy’ Thohir yakni PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) yang bergeser ke MSCI Small Cap Index. 

Kedua pendatang baru ini memang telah memberi keuntungan ribuan persen bagi investornya dalam beberapa waktu terakhir. Saham DSSA misalnya, dimulai pada level Rp9.000-an pada 2021 ketika kembali aktif diperdagangkan setelah dilakukan suspensi panjang.

Harga saham ini kemudian terus mencetak rekor hingga menjadi yang termahal di level Rp280.000 per lembar pada Juli 2024. Setelahnya, perusahaan melakukan pemecahan nilai 1:10.

Tidak bertahan lama, pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (8/8/2025) harga saham DSSA bertengger pada level Rp78.600 atau tanpa stock split mencapai Rp786.500 per lembar. Capaian ini membuat pemegang saham DSSA telah mengalami kenaikan 8.633,33% sejak 2021. 

Sementara itu, saham CUAN mencatatkan Prajogo Pangestu dengan porsi kepemilikan saham terbesar. Prajogo yang dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes Real-Time Billionaires itu menggenggam 95,52 miliar saham atau 84,96%. Selanjutnya, investor publik yang menguasai 16,87 miliar saham atau 15%.

Lebih terperinci, investor publik terbesar berasal dari kalangan investor asing dengan 13,93 miliar. Dari situ, terdapat investor dari bank asing yang menguasai 8,71 miliar. Ada juga investor dari korporasi asing yang menggenggam 4,09 miliar saham.

Meski sahamnya terkonsentrasi, kinerja saham CUAN menarik perhatian investor karena memberikan capital gain yang solid. Sejak IPO pada Maret 2023 pada level harga Rp220, saham ini terus mendaki ke level Rp14.400 pada 31 Januari 2025.

Selanjutnya pada Juli lalu, perusahaan melakukan pemecahan nilai saham 1:10 dan setelahnya menyentuh level penutupan tertinggi di harga Rp1.655 atau setara Rp16.550 jika tidak dipecah. Kondisi ini memberi investor yang ikut saat IPO keuntungan 7.422,72%. 

Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata menilai masuknya DSSA dan CUAN ke MSCI berpotensi memicu aliran dana masuk signifikan dari passive fund global yang mereplikasi indeks tersebut.

“Berdasarkan historis kasus serupa, saham yang masuk ke MSCI Global Standard rata-rata mengalami kenaikan volume dan harga pada 1 hingga 2 pekan menjelang effective date, seiring dengan aksi front-running oleh investor ritel dan aktif fund,” ujar Liza kepada Bisnis, Jumat (8/8/2025).

Namun, lanjutnya, pergerakan bakal cenderung volatil menjelang tanggal efektif karena dipengaruhi aksi ambil untung. Berdasarkan catatan Kiwoom, investor asing telah membukukan net buy di seluruh pasar dengan nilai Rp1,65 triliun selama 3 hari terakhir, terhitung pada 6 – 8 Agustus 2025.

Menurut Liza, fenomena rebalancing kali ini mencerminkan rotasi struktural di sektor energi dan pertambangan Indonesia. Pergeseran tersebut juga berpotensi memicu realokasi dana asing di sektor energi sekaligus menata ulang kepemilikan pada subsektor batu bara, gas, dan energi baru terbarukan di BEI.

Berikut ringkasan hasil rebalancing indeks MSCI periode Agustus 2025:

MSCI Global Standard Indexes

Additions : DSSA, CUAN
Deletions : ADRO

MSCI Small Cap Indexes

Additions : AADI, ADRO, KPIG, PTRO, RATU, TAPG
Deletions : MBMA, PNLF

MSCI Micro Cap Indexes

Additions : -
Deletions : -

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro