Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ramalan Moncer Emiten-Emiten IPO 2025 saat Pasar Tertekan Tarif Trump

Di tengah tantangan perang dagang dan kebijakan Tarif Donald Trump, Analis menilai saham emiten-emiten IPO tetap memiliki peluang diburu pasar.
Karyawan beraktivitas di depan layar monitor yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (09/04/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di depan layar monitor yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (09/04/2025)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI menunjukkan bahwa oversubscription di pasar IPO tahun ini masih tinggi, bisa mencapai ratusan kali untuk beberapa case, bahkan untuk emiten skala kecil.

Menurut Liza, kecilnya allotment tidak menyurutkan minat investor ritel. Sebab, pada praktiknya investor mempunyai jurus tersendiri seperti membuat beberapa rekening “nominee” supaya total dapat alokasi saham lebih besar.

Investor ritel juga memperhatikan pola nama-nama underwriter andal yang terbukti mampu menggiring beberapa IPO dengan sukses.

"Hal ini mengindikasikan likuiditas investor ritel masih besar, dan minat terhadap saham IPO belum surut. Apalagi dengan tren suku bunga global mulai melunak, investor mulai berani ambil risiko lebih tinggi demi potensi return yang juga tinggi," kata Liza.

Ia menjelaskan secara garis besar, prospek IPO tahun ini masih cerah. Apalagi jika muncul sejumlah sentimen positif dalam negeri, seperti inflasi, suku bunga stabil, ditambah sentimen global, yakni kekhawatiran perang dagang yang sudah mulai surut.

Namun, IPO bukan jaminan bagi investor untuk meraup cuan otomatis. Tahun ini pasar sudah mulai membedakan mana IPO yang sekadar bagus ceritanya, malah ada potensi niatan exit pemegang saham lama di belakangnya, dibanding dengan saham-saham baru yang benar-benar solid secara fundamental serta eksekusi bisnis.

Sementara, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi menilai di tengah ragam tantangan pasar saham Indonesia, seperti faktor makro yang kurang mendukung, ke depan kinerja saham-saham IPO bisa tertekan. Selain itu, saham-saham yang IPO juga relatif mempunyai valuasi yang premium.

"Maka dari itu, bagi investor, saat ini masih belum menjadi waktu yang tepat untuk mengakumulasi saham IPO, kecuali bagi trader yang bisa memanfaatkan pergerakan jangka pendek," ujar Imam.

_________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ibad Durrohman
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper