Bisnis.com, JAKARTA - Informasi tentang nasib logam mulia emas sempat memanas. Apalagi setelah Presiden Donald Trump sempat mengumumkan tarif pada emas batangan.
Namun dilansir Reuters pada Selasa 12 Agustus 2025, pada Senin waktu setempat Presiden AS tersebut mengatakan dia tidak akan mengenakan tarif pada emas.
Keputusan ini dianggap menjadi sebuah langkah yang disambut baik oleh pasar emas batangan global dan mengakhiri spekulasi selama berhari-hari.
Ya, spekulasi sempat meyakini bahwa logam kuning tersebut dapat terperangkap dalam pertengkaran perdagangan global yang sedang berlangsung.
Namun akhirnya, emas bebas dari tarif Donald Trump.
"Emas tidak akan dikenakan tarif!" kata Trump dalam sebuah pernyataan yang diunggah di akun media sosialnya.
Baca Juga
JP Morgan Kaget Harga Emas Bisa Meledak
Dilansir dari Forbes, harga emas telah naik 30% dalam setahun melampaui ambang batas $3.000 untuk pertama kalinya pada bulan Maret lalu.
Ini menjadi tonggak sejarah terbaru untuk logam tersebut setelah melewati $2.000 selama pandemi COVID-19 pada tahun 2020 dan $1.000 selama krisis keuangan pada tahun 2008.
Ahli strategi komoditas Goldman Sachs Lina Thompson menulis dalam catatan bulan Februari bahwa emas akan mendapatkan "dorongan yang berpotensi terus-menerus dari ketidakpastian kebijakan AS yang tinggi".
Apalagi saat itu, Trump dan Federal Reserve berselisih mengenai suku bunga dan ketika Trump menerapkan tarifnya.
Wall Street tidak menduga nilai emas akan melonjak begitu tinggi tahun ini.
Bukan hanya Wall Street, analis di JPMorgan Chase juga sempat memperkirakan target hanya berada di harga $2.950 untuk akhir tahun pada bulan Februari.
Angka ini lebih rendah dari proyeksi akhir tahun sebesar $3.000 oleh Citigroup dan Goldman Sachs yang mengisyaratkan target harga $3.000 pada pertengahan tahun 2026.