Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada awal pekan, Senin (3/3/2025). IHSG ditutup menguat setelah terdorong oleh saham BBRI, BBCA, hingga UNVR.
Berdasarkan data RTI Infokom, pada pukul 16.00 WIB, IHSG ditutup pada level 6.519,65 atau naik 3,97%. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada rentang 6.347-6.570.
Tercatat, 454 saham menguat, 162 saham melemah, dan 180 saham bergerak di tempat. Kapitalisasi pasar terpantau naik ke posisi Rp11.322 triliun.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi saham yang paling aktif diperdagangkan dengan nilai Rp2,7 triliun. Saham BBRI ditutup melesat 9,23% ke level Rp3.670 per saham.
Saham lainnya yang aktif diperdagangkan adalah saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang mencapai Rp1,7 triliun. Sama seperti saham BBRI, saham BBCA ditutup menguat 4,45% ke level Rp8.800 per saham.
Saham lain yang juga menguat signifikan sore ini adalah saham UNVR yang naik 10,84% ke level Rp1.125 per saham, saham BMRI melesat 6,52% ke level Rp4.900 per saham, hingga saham BBNI yang naik 5,71% ke level Rp4.260 per saham.
Baca Juga
Kemudian saham GOTO yang naik 6,67% ke level Rp80 per saham, MDKA menguat 8,93% ke level Rp1.525 per saham, dan ASII yang menguat 3,31% ke level Rp4.680 per saham.
Sebelumnya, Tim Riset Phintraco Sekuritas menjelaskan sentimen utama pekan ini masih akan terkait dengan implementasi tarif 25% ke Kanada dan Meksiko, serta tarif tambahan 10% bagi Tiongkok oleh Pemerintah AS.
Pasar juga masih mengantisipasi potensi reciprocal tariff yang mungkin akan diumumkan setelah FOMC pada 18-19 Maret 2025.
Sementara itu, Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Indri Liftiany Travelin Yunus menjelaskan sejumlah data dapat dipantau investor pekan ini. Data tersebut misalnya dari global seperti NBS PMI Manufacturing (China), Indeks PMI Manufacturing Amerika Serikat bulan Februari, dan data Non-Farm Payrolls Amerika Serikat bulan Februari.
Sementara itu, data-data dari domestik yang wajib dipantau yakni Indeks PMI Manufaktur Indonesia bulan Februari, dan tingkat inflasi Indonesia bulan Februari.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.