Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya disebut-sebut terpaksa melakukan efisiensi menyusul dipangkasnya anggaran infrastruktur tahun depan. Kalangan analis berpandangan BUMN-BUMN Karya akan kembali fokus kepada perannya sebagai kontraktor.
“Jadi, BUMN Karya tidak bergerak seperti kemarin-kemarin, di mana perusahaan shifting dari kontraktor menjadi investor yang risiko bisnisnya jauh lebih besar,” kata Associate Director BUMN Research UI Toto Pranoto kepada Bisnis.com baru-baru ini.
Dengan demikian, sambungnya, sebagai perusahaan pelat merah PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dkk. bisa dioperasikan khusus untuk pekerjaan-pekerjaan kontraktor, misalnya proyek beberapa ruas jalan Tol Sumatra.
Dalam pelaksanaannya, kata Toto, konsentrasi pengerjaan bisa dibagi berdasarkan level strategis proyek-proyek yang potensial untuk digarap.
“Sebagai contoh, PT Hutama Karya bisa menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi di sekitar wilayah operasi jalan tol. Sementara pembangunan jalan tolnya bisa dikonsentrasikan ke perusahaan lain, seperti Waskita,” kata Toto.
Dengan demikian, lanjutnya, secara perlahan kesehatan BUMN Karya dipulihkan. Di sisi lain, sembari mereka merampungkan restrukturisasi dengan kreditur lainnya
Baca Juga
Di samping itu, rencana merger yang sedang ditempuh oleh pemerintah terhadap perusahaan-perusaaan karya sejenis diharapkan mampu ikut andil serta menjadi katalis positif atas upaya efisiensi tersebut.
Kemudian, kata Toto, pemerintah juga bisa memuluskan jalan BUMN Karya dalam melaksanakan resturkturisasi. Hal ini dinilai tidak begitu sulit jika mengingat posisi kreditur dan debitur dalam hal ini sama-sama di tangan pemerintah.
“Mestinya, restrukturisasinya bisa disetujui karena sebagaian besar krediturnya dari bank-bank pemerintah. Karena kreditur dan debiturnya masih di tangan pemerintah, mestinya mereka saling bersepakat saja,” jelasnya.
Lebih jauh, negara diharapkan juga mau mengambil sejumlah langkah lain seperti menyuntik BUMN karya demi menjaga ekuitas masing-masing perusahaan, menggandengkan investor strategis dengan BUMN Karya dalam upaya menambah injeksi modal, serta mengoptimalkan peran Indonesia Investment Company sebagai instrumen penarik investor atau membantu BUMN karya untuk menjual proyek kepada investor.