Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Keok Setelah Penembakan Donald Trump, Dolar AS Unjuk Gigi

Rupiah melemah usai penembakan Donald Trump sedangkan dolar AS perkasa dalam sesi Senin (15/7/2024).
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp16.170 pada perdagangan hari ini Senin (15/7/2024). Rupiah ditutup melemah di tengah penguatan dolar AS.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,21% ke Rp16.170 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,09% ke 104,18.

Mata uang di kawasan Asia Pasifik lainnya ditutup bervariasi pada perdagangan hari ini. Yen Jepang melemah 0,05%, won Korea Selatan turun 0,51%, rupee India turun 0,02%, dan yuan China turun 0,18%.

Begitu juga dengan mata uang negara tetangga seperti peso Filipina turun 0,17%, ringgit Malaysia turun 0,01%, baht Thailand melemah 0,34%, dan dolar Singapura turun 0,08%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menuturkan greenback mendapat beberapa tawaran beli setelah terjadi penembakan Donald Trump saat berkampanye di Pennsylvania. 

Para analis mengatakan penembakan tersebut meningkatkan peluang Trump untuk menang atas Joe Biden, sebuah skenario yang pada akhirnya dapat menguntungkan dolar. Hal tersebut mengingat Trump telah mengisyaratkan niatnya untuk memberlakukan kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis. 

Mata uang dolar juga akan mengambil lebih banyak isyarat dari pidato Ketua Fed Jerome Powell akhir pekan ini.

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia surplus pada Juni 2024. Surplus neraca perdagangan barang pada Juni 2024 mencapai US$2,39 miliar, atau turun US$0,54 miliar bila dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$2,92 miliar. 

Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 50 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. 

Adapun, surplus neraca perdagangan Juni 2024 ditopang oleh komoditas nonminyak dan gas (migas) yakni sebesar US$4,43 miliar. Komoditas yang memberikan sumbangan surplus adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati, besi dan baja, dan beberapa komoditas lainnya.

Sementara itu, surplus neraca perdagangan non migas Juni 2024 sebesar US$4,43 miliar lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar US$4,25 miliar, maupun bulan yang sama tahun lalu yang sebesar US$4,41 miliar.

Pada saat yang sama, neraca perdagangan dari komoditas migas tercatat defisit US$2,04 miliar. Komoditas penyumbang defisit berasal dari hasil minyak dan minyak mentah. 

Defisit neraca perdagangan migas bulan Juni 2024 lebih dalam dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni sebesar US$1,33 miliar, maupun dibandingkan dengan bulan sama tahun lalu sebesar US$0,96 miliar.

Lebih lanjut, neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2024 masih surplus karena nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai impor. Nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar US$20,84 miliar, atau turun 6,65% secara bulanan. Adapun nilai impor Indonesia tercatat sebesar US$18,45 miliar, atau turun 4,89% bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah ditutup menguat pada rentang Rp16.130-Rp16.210 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper