Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Perkasa Akhir Pekan Saat Mata Uang Asia & Dolar AS Keok

Nilai tukar rupiah menguat pada Jumat (12/7/2024) saat mata uang Asia dan dolar AS lesu.
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup perkasa di hadapan dolar AS pada perdagangan akhir pekan Jumat (12/7/2024)

Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, mata uang rupiah ditutup menguat 0,36% atau 58 poin ke level Rp16.136 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau melemah tipis 0,02% di posisi 104,42. 

Adapun, mayoritas mata uang Asia terpantau melemah di hadapan dolar AS. Misalnya, yen Jepang turun 0,20%, dolar Singapura turun 0,04%, dolar Taiwan melemah 0,10%, won Korea ambles 0,28%, peso Filipina melemah 0,15%. 

Selanjutnya, yuan China terkoreksi 0,01% dan baht Thailand melemah 0,21%. Namun, ringgit Malaysia dan rupee India masing-masing menguat 0,41% dan 0,04%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS terpukul oleh data CPI AS yang lebih lemah dari perkiraan, yang menunjukkan inflasi sedikit landai pada Juni. Angka tersebut meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve akan lebih percaya diri untuk mulai memangkas suku bunga. 

"Pelaku pasar memperkirakan kemungkinan sebesar 83,4% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada September, dibandingkan dengan peluang sebesar 64,7% yang terlihat pada pekan lalu, menurut alat CME Fedwatch," ujar Ibrahim dalam riset, Jumat (12/7).

Di lain sisi, data neraca Bank of Japan (BoJ) yang akan dirilis pada Juli 2024 diharapkan dapat memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai apakah pemerintah melakukan intervensi. Menurutnya, pasar juga berspekulasi apakah posisi short pada yen tertekan oleh penurunan tajam dolar, menyusul lemahnya pembacaan CPI pada Juni.

Sementara itu di China, surplus perdagangan melonjak mendekati level tertinggi dalam dua tahun terakhir, sedangkan ekspor juga tumbuh lebih besar dari perkiraan. Namun peningkatan tarif perdagangan terhadap ekspor utama China seperti kendaraan listrik dapat mengimbangi tren ini.

Dari dalam negeri, pemerintah telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tetap tumbuh 5,2% hingga akhir tahun sesuai dengan asumsi pertumbuhan ekonomi di APBN. 

Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 5,2% sampai akhir tahun itu akan ditopang oleh bergeliatnya ekspor dan investasi di Indonesia. Menurut Ibrahim, untuk ekspor pada Juni yang akan dirilis 15 Juli 2024 diprediksi akan cukup baik sehingga akan menunjukkan pemulihan ekspor. 

Untuk investasi, terlihat dengan berjalannya proyek-proyek infrastruktur pemerintah, termasuk proyek strategis nasional atau PSN. 

"Untuk perdagangan Senin pekan depan, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat di rentang  Rp16.080 hingga Rp16.150," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper