Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak naik sekitar 1% pada perdagangan Rabu (3/7/2024) setelah penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan, namun kenaikan tersebut dibatasi oleh kekhawatiran tentang meningkatnya persediaan global dalam perdagangan yang tipis menjelang liburan Hari Kemerdekaan AS.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik US$1,10, atau 1,3%, menjadi US$87,34 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$1,07, atau 1,3%, menjadi US$83,88.
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan penurunan penyimpanan minyak mentah sebesar 12,2 juta barel pada minggu lalu, lebih besar dari perkiraan para analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 680.000 barel.
“Ekspor yang kuat, sedikit penurunan impor, dan pulihnya pengoperasian kilang berkolusi untuk menarik persediaan minyak mentah sebesar 12 juta barel,” kata analis minyak Kpler, Matt Smith.
Namun reaksi pasar tidak terdengar sebagian karena volume perdagangan yang lebih rendah menjelang Hari Kemerdekaan, kata para analis.
Potensi gangguan pasokan akibat Badai Beryl juga membuat harga tetap tinggi, meskipun kekhawatiran mereda setelah Pusat Badai Nasional AS mengatakan badai tersebut diperkirakan akan melemah saat memasuki Teluk Meksiko minggu ini.
Baca Juga
Dampak hujan dan angin masih dapat mengganggu produksi minyak lepas pantai Meksiko serta infrastruktur ekspornya dan memperketat pasokan, kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates. Meksiko adalah eksportir minyak mentah utama.
Produksi OPEC naik untuk bulan kedua berturut-turut pada bulan Juni, berdasarkan survei Reuters pada hari Selasa, yang membebani harga minyak. Pasokan yang lebih tinggi dari Nigeria dan Iran mengimbangi dampak pengurangan pasokan secara sukarela oleh anggota lain dan aliansi OPEC+ yang lebih luas.
“OPEC+ dilaporkan telah meningkatkan produksi pada bulan Juni meskipun ada janji untuk menjaga kuota hingga kuartal ketiga, dan kekhawatiran yang masih ada mengenai pemulihan yang lambat di China mengirimkan sinyal bearish,” kata Kelty dari Panmure Gordon.
Yang juga menekan harga adalah survei yang menunjukkan bahwa aktivitas jasa China berkembang pada laju paling lambat dalam delapan bulan dan kepercayaan mencapai titik terendah dalam empat tahun pada bulan Juni.
Pertumbuhan bisnis secara keseluruhan di zona euro juga melambat tajam pada bulan lalu. Tiongkok adalah importir barel minyak mentah terbesar, dan perlambatan aktivitas ekonomi negara tersebut dapat merusak permintaan minyak.