Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Kinerja Emiten Migas MEDC, ENRG Cs saat Harga Minyak Dunia Mendingin

Anjloknya harga minyak global berpotensi menjadi batu sandungan yang membebani kinerja sejumlah emiten migas Tanah Air, seperti MEDC hingga ENRG.
Ilustrasi Offshore PSC PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC)./medcoenergi.co.id
Ilustrasi Offshore PSC PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC)./medcoenergi.co.id

Bisnis.com, JAKARTA — Anjloknya harga minyak global berisiko menjadi batu sandungan yang membebani kinerja fundamental sejumlah emiten migas Tanah Air, seperti PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) hingga PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG).

Melansir Reuters, harga minyak dunia tercatat melemah hingga ke level terendah dalam 5 pekan terakhir. Pada penutupan perdagangan Selasa (5/8/2025), harga minyak berjangka jenis Brent turun US$1,12 atau 1,63% ke level US$67,64 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS melemah US$1,13 atau 1,7% ke posisi US$65,16 per barel. Padahal, pada Juni 2025 lalu, harga Brent sempat menyentuh level US$79,07 per barel.

Reydi Octa, Pengamat Pasar Modal BNI Sekuritas, mengatakan bahwa tren penurunan harga minyak dalam tiga tahun terakhir memberikan tekanan terhadap kinerja emiten migas.

"Ini terutama untuk emiten yang tidak memiliki diversifikasi sektor energi lain. Walau begitu, saham migas masih dilirik oleh investor karena menjadi menarik secara valuasi atau terlalu murah untuk diabaikan," kata Reydi kepada Bisnis, Selasa (5/8/2025).

Meski begitu, pamor saham migas belum sepenuhnya redup. Contohnya adalah aksi beli besar oleh PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. (TRIM), perusahaan broker milik konglomerat Garibaldi ‘Boy’ Thohir, yang tercatat memborong 100 juta lembar saham PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) di awal Agustus ini.

"Aksi beli besar yang dilakukan TRIM ke ENRG contohnya baru-baru ini, mengindikasikan potensi yang besar pada sektor ini," ujarnya.

Namun demikian, investor tetap mencermati tantangan dari penurunan harga minyak. PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) bisa menjadi cerminan dampak tersebut. Pada semester I/2025, MEDC membukukan pendapatan sebesar US$1,13 miliar, turun 2,3% secara tahunan (year-on-year/YoY), dengan laba bersih anjlok 81,52% YoY menjadi US$37,36 juta.

Penyebab utama penurunan kinerja MEDC adalah harga realisasi minyak yang turun signifikan menjadi US$69,5 per barel, terkoreksi 14% YoY.

Meski demikian, Reydi menilai MEDC masih memiliki prospek. "MEDC walau kinerja semester I/2025 buruk, tapi memiliki diversifikasi yang beragam seperti gas," ujarnya.

Untuk emiten lain, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) dinilai lebih defensif. "Karena berbasis gas bumi, jadi diuntungkan dari pertumbuhan kebutuhan gas domestik," ujarnya.

Dari sisi kinerja, PGAS membukukan pendapatan sebesar Rp16,03 triliun pada Januari–Maret 2025, naik 6,51% YoY dari Rp15,05 triliun. Namun, laba bersihnya turun tajam 46,43% YoY menjadi Rp1,03 triliun dari Rp1,92 triliun.

Sementara itu, PT ESSA Industries Indonesia Tbk. (ESSA) juga mengalami penurunan kinerja, meskipun dinilai tidak terlalu terdampak oleh gejolak harga minyak global. Pendapatan ESSA pada semester I/2025 turun 9,25% YoY menjadi US$137,59 juta, sedangkan laba bersih terkoreksi 28,56% menjadi US$19,59 juta.

Pendapatan dari amonia tercatat sebesar US$116,11 juta, turun 9,96% YoY. Pendapatan dari elpiji turun 5,39% menjadi US$19,76 juta, sedangkan jasa pengolahan juga menurun 2,97% YoY menjadi US$1,72 juta.

"ESSA tidak bergantung pada harga crude oil, karena fokusnya ke LPG," ujarnya.

Dari sejumlah emiten yang disebut, ENRG dinilai paling spekulatif, terutama karena sejumlah aksi korporasi yang digencarkan belakangan ini.

ENRG akan mengembangkan blok migas di Malacca Strait, Riau, melalui anak usahanya PT Imbang Tata Alam. Dalam proyek ini, ENRG menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) sebanyak-banyaknya 2,48 miliar saham, dengan potensi dana hingga Rp595,7 miliar.

Sebelumnya, ENRG juga menambah 25% partisipasi interes di Blok Kangean melalui akuisisi dari Japan Petroleum Exploration Co. Ltd. (JAPEX). Secara bersamaan, ENRG mendivestasikan 50% kepemilikan di Blok Gebang kepada JAPEX, menjadikan perusahaan sebagai pengendali tunggal di Blok Kangean.

"ENRG paling spekulatif di antara lainnya, tetapi patut diperhatikan juga karena ada aksi akumulasi besar baru-baru ini," pungkas Reydi.

Adapun berdasarkan penutupan perdagangan Selasa (5/8/2025), saham ENRG ditutup naik 4,39% ke level Rp595. Sementara itu, MEDC melemah 2,49% ke Rp1.175, PGAS turun 0,61% ke Rp1.625, dan ESSA stagnan di level Rp640.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro