Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Bervariasi, Investor Nantikan Arah Kebijakan Suku Bunga The Fed

Wall Street ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (7/6/2023) karena investor masih menantikan arah kebijakan suku bunga The Fed pada rapat pekan depan.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Wall Street ditutup bervariasi pada akhir perdagangan Rabu (7/6/2023), karena investor khawatir bahwa Federal Reserve belum selesai dengan siklus pengetatannya dan investor mengambil keuntungan setelah menahan sahamnya selama berbulan-bulan menjelang peristiwa ekonomi dan kebijakan utama minggu depan.

Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 91,74 poin atau 0,27 persen, menjadi menetap di 33.665,02 . Indeks S&P 500 tergelincir 16,33 poin atau 0,38 persen, menjadi berakhir di 4.267,52. Sementara Indeks Komposit Nasdaq merosot 171,52 poin atau 1,29 persen, menjadi menjadi ditutup di 13.104,90.

Enam dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor energi dan real estat memimpin kenaikan masing-masing terangkat 2,65 persen dan 1,75 persen. Sementara itu, sektor jasa komunikasi dan teknologi memimpin penurunan dengan masing-masing melemah 1,87 persen dan 1,62 persen.

Saham-saham AS sebagian besar lebih rendah pada Rabu (7/6/2023) di tengah kekhawatiran atas keputusan kebijakan moneter Federal Reserve minggu depan. Keputusan tak terduga bank sentral Kanada untuk menaikkan suku bunga dan melanjutkan pengetatan moneter membuat investor merasa khawatir dengan situasi serupa di Amerika Serikat.

"Saham menurun setelah investor ketakutan ketika Bank of Canada (BoC) memulai kembali kampanye kenaikan suku bunga mereka. Bank sentral Kanada dipandang sebagai salah satu pemimpin dalam hal proaktif dengan kebijakan moneter," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA dikutip Antara.

"Mereka adalah yang pertama menaikkan suku bunga pada tahun 2022 dan kemudian menahannya awal tahun ini. BoC memberi sinyal bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga dapat terjadi dan membuat semua orang memikirkan kembali bahwa Fed akan melakukannya setelah kenaikan Juli," kata Moya.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memiliki kemungkinan sekitar 35 persen untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan 14 Juni, menurut data dari CME FedWatch Tool pada Rabu (7/6/2023) sore, naik dari sekitar 20 persen satu hari yang lalu.

Tampaknya ada cukup dukungan pada FOMC untuk jeda pada pertemuan minggu depan, tetapi pernyataan dan proyeksi baru akan memperjelas bahwa ini bukanlah akhir dari siklus kenaikan, menurut Andrew Hunter, wakil kepala ekonom AS di Capital Economics.

"Kami sekarang memperkirakan suku bunga akan dinaikkan lagi pada pertemuan Juli. Dan meskipun kami masih berpikir bahwa penurunan inflasi dan pertumbuhan PDB yang lemah akan meyakinkan Fed untuk segera bergerak ke samping, sekarang kemungkinan akan memakan waktu hingga awal tahun depan bagi para pejabat untuk siap memulai pemotongan lagi," kata Hunter.

Saham-saham AS. berakhir beragam pada Rabu (7/6/2023), dengan penurunan tajam dalam indeks Nasdaq yang padat teknologi. Sentimen investor telah meningkat baru-baru ini karena janji kecerdasan buatan (AI) mengangkat saham teknologi, yang telah menyebabkan beberapa kekhawatiran atas keberlanjutan hype (promosi sensasional) AI.

Investor juga mempertimbangkan implikasi dari kesepakatan pagu utang dan bersiap menghadapi membanjirnya obligasi pemerintah lebih dari 1 triliun dolar AS, dengan kekhawatiran bahwa kebutuhan Departemen Keuangan untuk mengisi kembali uang tunai dapat menguras likuiditas dari sistem keuangan dan memicu serangan baru volatilitas di pasar keuangan.

Sementara itu, Departemen Perdagangan AS melaporkan Rabu (7/6/2023) bahwa defisit perdagangan internasional AS melonjak pada April ke level tertinggi enam bulan sebesar 74,6 miliar dolar AS, dari 60,6 miliar dolar AS pada Maret, sebuah tren yang dapat mengakibatkan perdagangan menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper