Bisnis.com, JAKARTA — Harga emas beresiko melemah pada perdagangan hari ini seiring dengan meningkatnya optimisme investor terhadap pembahasan kenaikan pagu utang Amerika Serikat. Data ekonomi AS yang dirilis pada Kamis (25/5/2023) juga semakin mengurangi daya tarik bagi emas.
"Dolar AS menguat signifikan di hari Kamis malam setelah kabar perkembangan pembahasan debt ceiling AS dari perwakilan gedung putih dan Partai Republik semalam, mengikis ketakutan kebangkrutan AS pada awal bulan Juni pekan depan. Rangkaian data ekonomi AS semalam yang lebih baik dari periode sebelumnya, juga meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve di bulan Juni," jelas tim analis Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya.
Data ekonomi AS seperti Prelim GDP q/q untuk kuartal pertama 2023 dirilis naik menjadi 1.3% dari kuartal ke-4 2022 di 1.1%. Data Unemployment Claims mingguan dirilis 229K pekan ini, di bawah ekspektasi 249K. Data Prelim GDP Price Index q/q untuk kuartal pertama 2023 dirilis naik menjadi 4.2% dari kuartal ke-4 2022 di 4.0%. Dan data Pending Home Sales m/m bulan Mei AS dirilis 0.0%, naik dibandingkan bulan April di -5.2%.
Rangkaian data tersebut menopang dolar AS dan ekspektasi The Fed memiliki ruang untuk kenaikan suku bunga acuan, dengan ekspektasi menjadi 41%, dibandingkan hari Rabu yang hanya 18% peluang kenaikan suku bunga acuan. Gold terbebani seiring naiknya tingkat imbal hasil surat berharga pemerintah AS dan dolar AS semalam.
Pagi hari ini di sesi Asia (26/5), Monex memprediski emas berpeluang bergerak turun untuk jangka pendek di kisaran US$1.937 - US$1.943, di tengah masih dominannya minat pasar pada dolar AS.
Mengutip Antara, harga emas turun pada akhir perdagangan Kamis (25/5/2023) waktu setempat, memperpanjang kerugian untuk hari keempat berturut-turut, tertekan oleh penguatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama hingga menyentuh level tertinggi dua bulan, karena data menunjukkan ekonomi AS yang tangguh.
Baca Juga
kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, terpuruk US$20,90 atau 1,06 persen menjadi ditutup pada US$1.943,70 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$1.965,40 dan terendah di US$1.939,20.
pada sesi sebelumnya, emas berjangka tergelincir US$9,90 atau 0,50 persen menjadi US$1.964,60, setelah jatuh US$2,70 atau 0,14 persen menjadi US$1.974,50 pada Selasa (23/5/2023), dan terpangkas US$4,40 atau 0,22 persen menjadi US$1.977,20 pada Senin (22/5/2023).
Sementara itu indeks dolar naik 0,433 persen menjadi 104,280 setelah mencapai 104,31, tertinggi sejak 17 Maret 2023. Kenaikan beruntun empat hari akan menandai yang terpanjang sejak akhir Februari.
Fitch Ratings Inc mengatakan pada Rabu (24/5/2023) bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan penurunan peringkat kredit Amerika Serikat. Berita itu membantu meningkatkan nilai dolar AS.
Pergeseran nada hawkish oleh beberapa pejabat Federal Reserve AS juga mempengaruhi pasar. Risalah dari pertemuan kebijakan The Fed Mei menunjukkan bahwa beberapa pejabat mengatakan mereka berpikir bahwa kemungkinan besar ada pengetatan kebijakan tambahan.
Data ekonomi yang dirilis pada Kamis (25/5/2023) semakin mengurangi daya tarik emas. Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa produk domestik bruto AS, ukuran output ekonomi terluas, meningkat pada tingkat tahunan sebesar 1,3 persen pada kuartal pertama, naik dari perkiraan awal 1,1 persen yang dilaporkan bulan lalu.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa jumlah klaim pengangguran awal AS yang disesuaikan secara musiman naik 4.000 menjadi 229.000 dalam pekan yang berakhir 20 Mei.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Juli turun 33,00 sen atau 1,42 persen, menjadi ditutup pada US$22,91 per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli tergelincir US$3,20 atau 0,31 persen, menjadi menetap pada US$1.026,30 per ounce.