Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan awal pekan, Senin (3/4/2023) di zona hijau dengan penguatan 0,44 persen ke level 6.835,057 setelah sempat melemah pada perdagangan akhir pekan kemarin.
IHSG sempat bergerak ke posisi tertinggi 6.844,57 sesaat setelah pembukaan, sementara posisi terendah di 6.832,69. Sebanyak 193 saham menghijau di awal perdagangan, 133 saham melemah, dan 229 saham di posisi yang sama dengan penutupan perdagangan sebelumnya.
Mayoritas indeks sektoral mengawali pembukaan di zona hijau dengan kenaikan tertinggi pada sektor energi yang menguat 1,35 persen. Kemudian disusul sektor industri naik 0,44 persen dan sektor teknologi menguat 0,40 persen.
Beberapa sektor yang melemah di awal perdagangan adalah konsumer non-cyclical sebesar 0,26 persen. Kemudian transportasi turun 0,13 persen dan kesehatan turun 0,10 persen.
Saham-saham penghuni top 10 big cap terpantau berada di berbagai posisi pada awal perdagangan. ASII dan BMRI memimpin kenaikan tertinggi sampai pukul 09.02 WIB dengan kenaikan masing-masing sebesar 1,25 persen dan 1,21 persen. Kemudian disusul BBCA yang menguat 0,86 persen dan BBRI naik 0,85 persen.
Adapun PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) mengalami penurunan terbesar di pembukaan dengan koreksi saham 0,38 persen ke Rp4.290. Selanjutnya TPIA turun 0,85 persen dan BYAN melemah 0,24 persen. Di sisi lain GOTO dan BBNI terpantau stagnan. Masing-masing di harga Rp109 dan Rp9.350.
Baca Juga
Phintraco Sekuritas dalam riset hariannya menyebutkan sinyal overbought pada indikator Stochastic RSI membuat IHSG masih rawan koreksi untuk beberapa waktu ke depan, termasuk hari ini. MACD juga mulai membentuk penyempitan positive slope. Dengan breaklow 6.780, hal ini menjadi indikasi adanya potensi menutup gap ke 6.750—6.760.
“Terlepas dari faktor teknikal, sentimen sebetulnya cukup positif bagi Indonesia. World Bank menaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023 kawasan Asia Timur dan Pasifik ke 5,1 persen dari 4,6 persen pada proyeksi Oktober 2022,” tulis Phintraco, Senin (3/4/2023).
Di tengah perkembangan situasi perbankan global, indeks-indeks Wall Street ditutup menguat pada Jumat (31/3/2023). Nasdaq bahkan mencatatkan penguatan kuartalan terbaik sejak 2020 atau setelah pandemi.
Hal ini ditopang oleh penurunan core Personal Consumption Expenditures index ke 4,6 persen YoY pada Februari 2023 dari 4,7 persen YoY pada Januari 2023. Data tersebut memperkuat kecenderungan penurunan inflasi di AS.
“Tentunya kondisi ini dapat mempengaruhi pandangan The Fed terhadap arah kebijakan di mana di dalam negeri juga berpotensi terjadi perubahan regulasi sektor perbankan yang berpotensi berdampak pada ekonomi AS.”
Dari dalam negeri, penguatan nilai tukar rupiah berlanjut. Nilai tukar rupiah turun ke bawah level psikologis Rp15.000 pada akhir pekan lalu. Kondisi itu menopang harga saham-saham perbankan yang di sisi lain masih dibayangi oleh perkembangan terkini dari kondisi sektor perbankan global.