Bisnis.com, JAKARTA - Langkah China membuka kembali perbatasannya berimbas pada kenaikan harga minyak sebesar 2 persen pada Senin (9/1/2023). Hal ini kian mendorong prospek permintaan dan meskipun masih dibayangi kekhawatiran resesi global.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 23.00 WIB, harga minyak WTI kontrak Februari 2023 naik 2,89 persen atau 2,13 poin menjadi US$75,9 per barel. Harga minyak Brent kontrak Maret 2023 juga naik 2,66 persen atau 2,09 poin ke level US$80,66 per barel.
Reli tersebut merupakan bagian dari pemulihan yang lebih luas dalam sentimen risiko. Hal ini didukung oleh pembukaan kembali kegiatan ekonomi China, sebagai importir minyak mentah terbesar dunia dan harapan kenaikan suku bunga AS yang tidak terlalu agresif.
"Jika resesi dihindari, permintaan minyak global dan pertumbuhan permintaan akan tetap tinggi," kata analis dan komisaris PT Orbi Trade Berjangka Vandy Cahyadi dikutip dari keterangan tertulis, Senin (9/1/2023).
Selain itu, kata Vandy, pembukaan kembali ekonomi China secara bertahap akan memberikan dukungan harga tambahan dan tak terukur karena China merupakan importir terbesar dunia.
Kenaikan harga minyak tersebut menjadi pembalikan signifikan setelahpenurunan minggu lalu lebih dari 8 persen. Penurunan mingguan tersebut menjadi yang terbesar pada awal tahun sejak 2016.
Baca Juga
Terlepas dari rebound harga minyak pada Senin, masih ada kekhawatiran bahwa arus besar pelancong China dapat menyebabkan lonjakan infeksi Covid-19.
"Sentimen pasar tetap negatif karena pertempuran China dengan Covid-19 memburuk. Meskipun menghapus sebagian besar pembatasan terkait virus, lonjakan kasus di seluruh negeri dapat menghambat aktivitas ekonomi," kata Vandy Cahyadi.
Adapun, pada perdagangan Selasa (10/1/2023) besok, harga minyak akan diperdagangkan melebar tapi condong menguat di rentang US$73,50 per barel – US$77,20 perbarel.