Bisnis.com, JAKARTA – Sandiaga Salahuddin Uno membeberkan sejumlah perusahaan yang menjadi portofolio PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) berencana menjadi perusahaan terbuka.
Penggenggam porsi 21,51% saham SRTG ini bilang dalam 2-3 tahun ke depan perusahaan-perusahaan binaan Saratoga akan melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Adapun, perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di berbagai bidang seperti sektor jasa hingga kosmetik.
"Mudah-mudahan sebentar lagi, karena Saratoga sudah investasi di ZAP. Klinik-klinik kecantikan bakal berkembang sewaktu-waktu bisa IPO juga," kata Sandiaga saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Senin (22/8/2025).
Founder PT Recapital Asset Management ini juga menyebut brand rumah makan Misoa Story hingga perusahaan pengelola hotel Bobobox juga bakal menjadi perusahaan terbuka.
"Mungkin ada Misoa Story ditunggu juga IPO. Ini sudah membuka cabang ke-10 hari ini di Plaza Semanggi. Ada Bobobox juga. Properti yang dikelola Bobobox tempatnya enak banget kalau untuk tourism. Mungkin suatu saat bisa melantai di bursa," tandasnya.
Sejumlah perusahaan portofolio SRTG yang bakal melantai di bursa sebelumnya juga digaungkan oleh Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya, Devin Wirawan sejak awal tahun. Dia mengungkapkan beberapa perusahaan tersebut seperti MGM Bosco Logistics yang merupakan salah satu perusahaan cold chain logistics terbesar di Indonesia.
Kemudian Xurya Energy, yang merupakan salah satu perusahaan energi surya terbesar di Indonesia. Lalu klinik perawatan ZAP, yang saat ini menurut Devin telah memiliki lebih dari 120 klinik.
Selanjutnya adalah Brawijaya Hospitals yang merupakan salah satu perusahaan yang dimiliki Saratoga pada awal tahun 2024. Saat ini, kata Devin, Brawijaya Hospitals memiliki lima rumah sakit, dan dua klinik.
"Kami harap pada saatnya nanti bisa melantai di Bursa," kata Devin di Jakarta, Selasa (21/1/2025).
Terbaru, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan ada delapan perusahaan yang masuk ke dalam pipeline IPO bursa. Kabarnya, empat di antara calon emiten itu merupakan perusahaan yang memiliki aset berskala besar di atas Rp250 miliar.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan sampai dengan 15 Agustus 2025 telah terdapat 22 perusahaan yang mencatatkan saham di Bursa dengan dana dihimpun Rp10,39 triliun.
"Hingga saat ini, terdapat juga delapan perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI," kata Nyoman dalam keterangan tertulisnya pada Senin (18/8/2025).
Dari delapan perusahaan yang masuk ke dalam pipeline IPO, empat perusahaan berasal dari kategori berskala besar atau memiliki aset di atas Rp250 miliar. Sementara, empat perusahaan lainnya berskala menengah dengan aset antara Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.