Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Mentah Melesat, Sanksi AS hingga Serangan Ukraina Jadi Pemicu

Harga minyak naik akibat sanksi AS terhadap Rusia dan serangan Ukraina ke infrastruktur energi.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS, 17 Maret 2023./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak terpantau menguat seiring dengan meningkatnya ekspektasi pasar terhadap sanksi baru AS terhadap minyak Rusia serta serangan Ukraina ke infrastruktur energi Moskow yang berpotensi mengganggu pasokan global.

Melansir Reuters pada Selasa (26/8/2025), harga minyak berjangka jenis Brent ditutup menguat US$1,07 atau 1,58% menjadi US$68,80 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) naik US$1,14 atau 1,79% ke posisi US$64,80 per barel.

AS tengah berupaya menengahi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina guna mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 3,5 tahun. Namun, analis menilai proses negosiasi berjalan lambat.

“Ada kesan bahwa pembicaraan damai berjalan alot. Jika tidak ada perkembangan, sanksi terhadap Rusia bisa diberlakukan,” kata Phil Flynn, Senior Analyst di Price Futures Group, dikutip Reuters.

Presiden AS Donald Trump kembali menegaskan pada Jumat lalu bahwa ia akan menjatuhkan sanksi kepada Rusia apabila tidak ada kemajuan menuju penyelesaian damai dalam dua pekan ke depan. Trump juga mengancam akan mengenakan tarif tinggi terhadap India terkait pembelian minyak Rusia.

Sementara itu, Wakil Presiden AS JD Vance pada akhir pekan menyatakan Rusia telah membuat konsesi signifikan untuk mendorong penyelesaian konflik.

Di sisi lain, Ukraina meningkatkan serangan ke infrastruktur energi Rusia. Pada Minggu (24/8), serangan drone Ukraina memicu kebakaran besar di terminal ekspor bahan bakar Ust-Luga, menurut pejabat Rusia. 

Kebakaran juga masih terjadi hingga hari keempat di kilang Novoshakhtinsk setelah serangan drone serupa. Kilang tersebut memiliki kapasitas tahunan 5 juta ton atau sekitar 100.000 barel per hari, sebagian besar untuk ekspor.

Meski demikian, potensi gangguan pasokan Rusia sebagian tertahan oleh keputusan OPEC+ yang membalikkan pemangkasan produksi sebelumnya, sehingga menambah jutaan barel ke pasar global. Delapan anggota kelompok eksportir minyak itu dijadwalkan bertemu pada 7 September untuk menyetujui tambahan produksi.

Dari sisi sentimen, minat risiko investor meningkat setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal kemungkinan pemangkasan suku bunga pada pertemuan September mendatang.

Kendati demikian, kedua acuan harga minyak dunia dinilai masih kekurangan momentum. 

“Pasar semakin yakin tarif impor yang digagas Trump akan menekan pertumbuhan ekonomi dan membatasi permintaan bahan bakar,” ujar Priyanka Sachdeva, Senior Market Analyst di Phillip Nova.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro