Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah global membukukan kerugian besar pada pekan pertama perdagangan 2023 karena ketidakpastian permintaan terus membayangi pasar.
Mengutip Bloomberg, Sabtu (7/1/2023), Harga West Texas Intermediate (WTI) menetap di bawah US$74 per barel, membukukan kerugian mingguan terbesar dalam sebulan, atau lebih dari 8,1 persen.
Arab Saudi memangkas harga minyak mentah yang dijual ke Asia dan Eropa untuk kontrak Februari 2023, menandakan kekhawatiran atas prospek jangka pendek.
Lebih lanjut, China sedang berjuang melawan lonjakan kasus virus setelah pembatasan Covid-19 dicabut, meskipun mobilitas akan meningkat menjelang liburan Tahun Baru Imlek.
Di awal sesi perdagangan Jumat (6/1/2023) waktu setempat, harga minyak sempat memangkas penurunan mingguan karena sejumlah data ekonomi AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang tangguh. Kondisi ini mungkin memberi ruang bagi Federal Reserve untuk memperlambat kenaikan suku bunga.
Adapun pelemahan harga minyak mentah pada awal tahun ini terjadi karena kurva perdagangan kontrak minyak terus menandakan tanda-tanda kelebihan pasokan.
Baca Juga
Dari sentimen eksternal, Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan pada minggu ini bahwa sepertiga dari ekonomi global dapat mengalami resesi pada 2023, sementara Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard mengisyaratkan suku bunga AS belum cukup ketat.
Kendati demikian, manajer hedge fund Pierre Andurand justru optimistis harga minyak dapat melebihi US$140 per barel tahun ini jika ekonomi Asia dibuka kembali sepenuhnya setelah penguncian terkait Covid.