Bisnis.com, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mencatat, jumlah investor pasar modal di Indonesia telah menembus 10,3 juta investor jelang akhir tahun 2022. Yang mana jumlah tersebut di dominasi oleh Gen Z dan milenilal.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan Inarno Djajadi menjelaskan pertumbuhan jumlah investor ritel sebesar hampir 10 kali lipat dibandingkan 5 tahun terakhir. Ia mengatakan jumlah investor pasar modal setiap tahunnya bertambah lebih dari 2,5 juta SID sejak tahun 2020.
Hingga 28 Desember 2022 jumlah investor pasar modal telah menembus 10,3 juta SID. Pertumbuhan jumlah investor saat ini masih didominasi oleh investor berusia di bawah 30 tahun yang mencapai 58,74 persen dengan jumlah aset Rp80,97 triliun.
Inarno menuturkan hal ini merupakan pertanda bagus bagi perekonomian Indonesia. Pasalnya, generasi muda di Indonesia telah mengenal atau melek investasi sejak usia dini.
“Ke depannya kaum milenial dan generasi z ini yang akan meneruskan perjuangan kita semua untuk membawa Indonesia menjadi pusat perekonomian dunia dalam rangka menyongsong Indonesia Emas tahun 2045,” jelas Inarno dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, Kamis (29/12/2022).
Adapun, investor berusia di atas 60 tahun yang mencakup 2,77 persen dari total investor memiliki jumlah aset terbesar dari seluruh kelompok usia dengan Rp947,36. Triliun. Menyusul di belakangnya adalah investor berusia 51 – 60 tahun dengan porsi 5,22 persen dan total aset Rp250,10 triliun.
Baca Juga
Sementara itu, kelompok investor berusia 41 – 50 tahun mencakup 10,85 persen dari total investor memiliki jumlah aset Rp177,54 triliun. Pemilik modal dengan rentang usia 31 – 40 tahun memiliki porsi 22,47 persen dan total aset Rp118,09 triliun.
Inarno menambahkan kinerja pasar modal Indonesia sepanjang tahun ini masih terus diwarnai gejolak fluktuasi pasar yang diikuti pelemahan bursa secara global, terlebih dalam satu bulan terakhir.
Meski demikian, Inarno mengatakan kinerja pasar modal secara year to date (ytd) masih mencatatkan pertumbuhan yang positif. Hingga 28 Desember 2022, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di posisi 6.850,52 poin atau tumbuh sebesar 4,09 persen ytd.
Dia mengatakan kinerja IHSG merupakan yang tertinggi kedua setelah Singapura bila dibandingkan dengan seluruh kinerja bursa di wilayah Asia Tenggara. Sebelumnya, IHSG juga pernah berada di peringkat pertama untuk kinerja indeks di kawasan Asia Tenggara dan regional, serta peringkat ke-3 di dunia pada November lalu.
“Di tahun 2022 ini, pertumbuhan IHSG juga pernah menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah yakni di level 7.318,01, tepatnya pada tanggal 13 September 2022,” tambahnya.