Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 42 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan per 9 Desember 2022. Sekitar 35 persen di antaranya atau 15 perusahaan berencana melantai pada 2023. Analis memandang investor perlu memperhatikan beberapa hal sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada saham IPO.
Deputy Head of Research Sinarmas Sekuritas Ike Widiawati menuturkan investor perlu memperhatikan nilai perolehan dana IPO. Menurutnya, size IPO yang nilainya diatas Rp500 miliar, akan cenderung memiliki peluang kenaikan atau autoreject atas di hari pertama yang lebih terbatas, dibandingkan calon emiten yang size perolehan dana IPO-nya dibawah Rp500 miliar.
"Warning dan hati-hati, jika di tengah jalan dalam proses book building, calon emiten melakukan revisi harga ke bawah, atau revisi jumlah penerbitan saham menjadi lebih sedikit," kata Ike kepada Bisnis, Selasa (27/12/2022).
Dengan revisi tersebut, Ike mengatakan jumlah dana segar yang kemungkinan diraih calon emiten bisa berkurang.
Dia menjelaskan, biasanya pengurangan jumlah lembar saham, ataupun yang menyebabkan nilai dana IPO berkurang, merupakan dampak test market yang kurang baik atau kurang sustain. Dengan demikian, untuk menurunkan risiko undersubcribe, maka sebelum book building selesai, jumlah atau nilai IPO akan dikurangi, menyesuaikan dengan permintaan di pasar agar tetap oversubcribe.
Lebih lanjut, Ike menyarankan investor harus memperhatikan tujuan emiten melakukan IPO untuk menghindari jebakan IPO atau IPO trap. Dia menyarankan investor memperhatikan kinerja dan kondisi industri tersebut.
Baca Juga
"Selain itu, adanya nama pemegang saham lama juga turut mempengaruhi persepsi investor," tuturnya.
Dia melanjutkan, investor bisa mencoba untuk memperhatikan trade record atau gaya dari investor lama tersebut. Pasalnya, terdapat beberapa nama yang memang bermain di saham IPO, dan cenderung mampu menggerakkan harga saham baru tersebut.