Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham sektor energi (IDXENERGY) sepanjang 2024 menjadi sektor dengan pertumbuhan paling tinggi. Namun, sepanjang tahun ini pertumbuhannya mulai susut dan menjadi sinyal adanya aksi taking profit dari investor.
Berdasarkan statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), sepanjang 2024 saham sektor energi melesat 28,01%. Pada periode ini, emiten kontraktor tambang afiliasi Prajogo Pangestu PT Petrosa Tbk. (PTRO) mencatatkan kenaikan saham paling tinggi sebesar 415,29% ke level Rp27.625 per saham. Pergerakan PTRO ini menyumbang bobot 9,25% terhadap indeks.
Adapun, pada penutupan perdagangan terakhir, Senin (11/8/2025), saham sektor energi secara year to date (YtD) hanya tumbuh 12,82%. Kinerjanya timpang dengan saham sektor teknologi yang melesat 120,84%, atau sektor transportasi dan logistik yang tumbuh 18,37% dan sektor infrastruktur yang naik 27,89%.
Padahal di akhir 2024 lalu, sektor transportasi dan logistik menjadi sektor yang paling boncos, turun 18,78%. Sedangkan sektor infrastruktur turun 5,81% dan sektor teknologi terkoreksi 9,87%.
Sukarno Alatas, Senior Analyst Riset Kiwoom Sekuritas mengatakan tahun lalu saham sektor energi memang menjadi primadona dipengaruhi oleh harga komoditas batu bara yang sedang melejit.
"Sepanjang 2024 IDX Energy melejit 28,01% menjadi primadona karena memang kondisi coal [kontribusi bobot terbesar di energi di bisnis coal] masih tinggi dan pembagian dividen di tahun 2024 atas kinerja 2023 tinggi karena puncak kenaikan coal di tahun 2023," kata Sukarno, Senin (11/8/2025).
Baca Juga
Bila melihat perkembangan harga komoditas, harga batu bara acuan ICE Newcastle kontrak November 2025 dalam penutupan perdagangan terakhir berada di level US$116,50 per ton, turun 1,50%. Pada 2022, harga batu bara sempat menyentuh US$462,75 per ton, kemudian berangsur turun menjadi US$147,39 per ton di akhir 2023, dan menyusut menjadi US$122,36 per ton pada akhir 2024.
Sukarno mengatakan tren penurunan harga batu bara ini menjadi sentimen yang mendorong saham-saham energi mulai dilepas.
"Ini menandakan investor melakukan taking profit dan merotasi modal karena harga coal juga tercatat mengalami penurunan," tegasnya.
Menurutnya, pamor saham energi di tahun ini memang tidak sekuat tahun sebelumnya, tapi paling tidak secara prospek harga berpotensi sideways atau rebound jika harga komoditas naik. Selain itu, potensi pembagian dividen yang tetap tinggi menjadi daya tarik saham energi.
Tahun lalu, saham sektor energi, khususnya tambang batu bara, memang menjadi sektor yang paling royal menyetorkan dividen kepada pemegang saham. Sektor energi tercatat memberikan dividen sebesar Rp75,60 triliun hingga 24 Desember 2024. Perolehan tersebut mengalami kenaikan dari realisasi 2023 senilai Rp56,20 triliun.
Tahun ini, salah satu emiten energi yang akan membagikan dividen adalah PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA). AKRA memutuskan untuk membagikan dividen interim kepada investor sebesar Rp990 miliar atau setara Rp50 per saham. Besaran dividen tersebut setara 84% dari laba bersih semester I/2025 senilai Rp1,18 triliun.
Sepanjang semester I/2025, AKRA mengantongi laba bersih sebesar Rp1,18 triliun atau naik 17,65% dibandingkan dengan Rp1,00 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan itu didorong oleh pendapatan yang naik 14,83% year on year (YoY) menjadi Rp21,41 triliun pada semester I/2025, tumbuh dari Rp18,65 triliun pada semester I/2024.
Sedangkan bila menilik pergerakan saham AKRA pada perdagangan hari ini, sekitar pukul 10.02 WIB, AKRA mengalami koreksi 0,78% ke posisi Rp1.275, sementara secara year to date (YtD) harga saham AKRA melambung 13,84%.
Berdasarkan data Stockbit, dalam penutupan perdagangan terakhir Senin (11/8/2025), net sell asing AKRA tercatat sebesar Rp1,16 miliar. Rinciannya, sebanyak Rp2,73 miliar dibeli investor asing sementara Rp3,89 miliar saham dilepas.
Kiwoom Sekuritas merekomendasikan AKRA sebagai saham sektor energi yang bisa dikoleksi.
"Untuk saham yang bisa dilirik di sektor energi ada AKRA, karena memiliki kinerja fundamental yang cukup baik, secara valuasi juga menarik. Rekomendasi buy dengan take profit Rp1.630," pungkas Sukarno.
Berdasarkan data IDX, pukul 10.12 WIB, IDXENERGY menguat 0,54% ke level 3.050,44. Sebanyak 1,27 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi Rp897,6 miliar. Sebanyak 36 saham energi merangkak naik, sementara 26 saham terkoreksi, dan sebanyak 29 saham tidak berubah.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.