Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Berakhir Merah Tertekan Aksi Jual, BBRI & TLKM Masih Diborong Asing

Sebanyak 203 saham hijau, 303 saham merah, dan 151 saham stagnan. Kapitalisasi pasar Bursa mencapai Rp7.671,52 triliun.
Siluet karyawan di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (13/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Siluet karyawan di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (13/6/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengawali Oktober 2021 dengan parkir di zona merah pada penutupan perdagangan hari ini.

IHSG melemah 0,92 persen atau 58,09 poin ke 6.228,84 pada akhir pedagangan Jumat (1/1/2021). Sebanyak 203 saham hijau, 303 saham merah, dan 151 saham stagnan. Kapitalisasi pasar Bursa mencapai Rp7.671,52 triliun.

Investor asing mencatatkan jual bersih di seluruh pasar senilai Rp10,59 triliun, sementara di pasar negosiasi mencapai Rp11,93 triliun.

Sekalipun net sell asing terbilang jumbo, masih ada sejumlah saham yang dikoleksi oleh investor asing seperti saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) dengan net foreign buy Rp686,1 miliar, saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) senilai Rp125,3 miliar, dan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) senilai Rp95,3 miliar.

Sementara itu, saham-saham top gainers diisi oleh PT Bima Sakti Pertiwi Tbk (PAMG) yang melejit 18,07 persen, saham PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) yang melesat 15,79 persen, dan saham PT Waskita Karya Tbk. (WSKT) naik 13,77 persen.

Sebelumnya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus dalam risetnya mengatakan, terdapat sejumlah sentimen yang cenderung memberatkan IHSG.

“Ada banyak situasi dan kondisi ketidakpastian yang membebani pasar, mulai dari kekhawatiran mengenai China terkait dengan krisis energi, pandemi lanjutan, masalah plafon utang dan undang undang pajak di Amerika masih menghantui pelaku pasar dan investor,” jelas Nico.

Di sisi lain, pelaku pasar cukup optimistis menjelang rilis data inflasi dan manufaktur September yang dinilai dapat lebih baik dibandingkan bulan Agustus. Pelonggaran aktivitas dinilai dapat menjadi penopang terhadap naiknya produksi manufaktur dimana konsensus memperkirakan PMI Manufaktur berada pada level 49, lebih tinggi dibandingkan pada Agustus yang berada pada level 43.7.

Menjelang akhir tahun pelaku usaha mencermati perkembangan dari penyebaran pandemi Covid-19 dan juga pemulihan konsumsi. Hal tersebut dinilai cukup penting bagi upaya manajemen dalam memutuskan ekspansi bisnis.

Kinerja manufaktur diproyeksikan dapat menguat Kembali pada kuartal IV/2021 seiringan dengan adanya momentum Natal dan Tahun Baru. Ada harapan pelonggaran restriksi terus dilakukan dan pada Desember 2021 konsumsi rumah tangga makin baik, sehingga permintaan produk manufaktur meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper