Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada penutupan perdagangan sesi I hari ini, Jumat (1/10/2021), setelah sepanjang hari bergerak di teritori negatif.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 11.30 WIB IHSG parkir pada posisi 6.236,13 di akhir sesi I, terkoreksi 0,81 persen atau 50,81 poin. Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak dalam rentang 6.234,58-6.272,07.
Dari seluruh konstituen, terpantau 217 saham menguat, 289 saham melemah dan 145 saham tidak bergerak dari posisi sebelumnya alias stagnan.
Hingga siang ini telah dibukukan total transaksi sebesar Rp25,43 triliun, dengan aksi jual bersih atau net sell investor asing senilai Rp11,20 triliun.
Terpantau, saham PT XL Axiata Tbk. (EXCL) menjadi yang paling banyak dilepas investor asing yaitu sebanyak Rp32,6 miliar. Saham EXCL pun terpantau melemah 0,33 persen atau 10 poin di posisi 3.030.
Selain itu saham UNVR juga dilepas investor asing sebanyak Rp23,1 miliar, DMMX sebanyak Rp10,6 miliar, TOWR sebanyak Rp6,6 miliar, dan INDF sebanyak Rp4,5 miliar.
Baca Juga
Di sisi lain, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menjadi saham yang paling banyak dibeli investor asing yaitu sebesar Rp402,8 miliar. Saham BBRI pun terpantau menguat 1,30 persen atau 50 poin ke level 3.900.
Lalu saham BMRI menyusul diborong investor asing sebanyak 31,2 miliar, ITMG sebanyak 3,7 miliar, dan MCAS sebanyak Rp1,3 miliar.
Di tengah pelemahan indeks, saham PAMG, SMMT, WSKT, ADHI, dan WSBP masuk dalam jajaran tpo gainers dengan lonjakan persentase saham masing-masing sebesar 26,51 persen, 17,89 persen, 15,57 persen, 11,40 persen, dan 9,09 persen.
Sedangkan saham VICO yang turun 6,70 persen, AGRO turun 6,70 persen, OPMS turun 6,56 persen, dan ARKA turun 6,02 persen menjadi saham-saham yang berada dalam jajaran top losers pada perdagangan sesi I akhir pekan ini.
Sebelumnya, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus dalam risetnya mengatakan, berdasarkan analisa teknikal, Nico memprediksi IHSG memiliki peluang bergerak menguat terbatas dan diperdagangkan pada level 6.222 – 6.343.
“Ada banyak situasi dan kondisi ketidakpastian yang membebani pasar, mulai dari kekhawatiran mengenai China terkait dengan krisis energi, pandemi lanjutan, masalah plafon utang dan undang undang pajak di Amerika masih menghantui pelaku pasar dan investor,” jelas Nico.
Di sisi lain, pelaku pasar cukup optimis menjelang rilis data inflasi dan manufaktur bulan September yang dinilai dapat lebih baik dibandingkan bulan Agustus. Pelonggaran aktivitas dinilai dapat menjadi penopang terhadap naiknya produksi manufaktur dimana konsensus memperkirakan PMI Manufaktur berada pada level 49, lebih tinggi dibandingkan pada bulan Agustus yang berada pada level 43.7.
Menjelang akhir tahun pelaku usaha mencermati perkembangan dari penyebaran pandemic dan juga pemulihan konsumsi. Hal tersebut dinilai cukup penting bagi upaya manajemen dalam memutuskan ekspansi bisnis.
Kinerja manufaktur diproyeksikan dapat menguat Kembali pada kuartal IV seiringan dengan adanya momentum Natal dan Tahun Baru. Ada harapan pelonggaran restriksi terus dilakukan dan pada Desember 2021 konsumsi rumah tangga makin baik, sehingga permintaan produk manufaktur meningkat.