Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penutupan Bursa Asia, Shanghai Composite Melejit 3,11 Persen

Pada Senin (20/7/2020) Shanghai Composite di China melesat 3,11 persen di level 3.314,14, sehingga menjadikan bursa China sebagai pasar saham dengan performa terbaik hari ini.
Bursa Asia/ Bloomberg.
Bursa Asia/ Bloomberg.

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia melanjutkan tren pergerakan variatif yang terjadi sejak pagi tadi hingga penutupan hari ini ditengah awal musim laporan keuangan perusahaan.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (20/7/2020) pasar Shanghai Composite di China melesat 3,11 persen di level 3.314,14. Perolehan ini sekaligus menjadikan bursa China sebagai pasar dengan performa terbaik hari ini.

Kenaikan juga dialami pasar Topix Jepang yang ditutup menguat 0,20 persen ke angka 1.577,03.

Sementara itu, indeks S&P/ASX 200 Australia menutup perdagangan hari ini pekan dengan koreksi 0,53 persen ke posisi 6.001,60.. Sedangkan bursa Kospi Korea Selatan ditutup berbalik terkoreksi 0,14 persen ke level 2.198,2 persen

Bursa Hang Seng Hong Kong juga ditutup terkoreksi 0,18 persen pada posisi 25.044,36.

Perdagangan hari ini ditopang oleh sikap investor yang menunggu kabar terkait potensi penambahan stimulus setelah teli pasar global ditengah pandemi virus corona.

Selain itu, investor juga bersiap menyambut sejumlah laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan yang akan dimulai pada pekan ini.

Sementara itu, pandemi virus corona masih menjadi penekan pergerakan pasar pada hari ini. Hong Kong melaporkan kenaikan kasus positif harian terbesar dengan 108 pasien. Hal tersebut membuat pemerintah setempat memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah dan mewajibkan pemakaian masker.

Di Amerika Serikat, Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti mengatakan kota tersebut diperkirakan akan kembali memberlakukan kebijakan isolasi di rumah.

"Pemulihan ekonomi dunia masih akan berjalan, tetapi dalam laju yang lebih lamban dibandingkan laju yang membentuk pola v. Nilai saham masih rawan terkoreksi atau terkonsolidasi dengan adanya pembaruan lockdown dan pemilu Presiden di AS menjadi risiko utama, "ujar Head of Investment Strategy AMP Capital Investors Ltd., Shane Oliver.

Sementara itu, di Eropa, pemerintah terus menggaungkan rencana tambahan paket stimulus senilai US$856 miliar atau €750 miliar.

"Pola negosiasi di Eropa memang selalu berupa diskusi yang berkepanjangan sebelum akhirnya menyepakati sebuah kebijakan pada saat-saat terakhir. Menurut kami, tidak adanya kesepakatan pada minggu ini bukan berarti membatalkan rencana stimulus," jelas analis di BCA Research, Mathieu Savary.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper