Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mengakhiri perdagangan terakhir pekan ini di wilayah positif, seiring dengan berlanjutnya apresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Padahal, dolar AS bergerak stabil di zona hijau di tengah ekspektasi bahwa Gubernur Federal Reserve AS Jerome Powell akan tetap berpegang pada sikap bahwa The Fed belum memasuki siklus pelonggaran moneter yang berkepanjangan.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Jumat (23/8/2019):
Rupiah Terus Pukul Dolar, IHSG Tak Lagi Lesu
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG berakhir menguat 0,26 persen atau 16,35 poin di level 6.255,60, memutuskan rangkaian pelemahan yang dibukukan tiga hari berturut-turut sebelumnya.
Saham PT Astra International Tbk. (ASII) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing naik 3,95 persen dan 1,16 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.
Indeks telah turun 0,5 persen sepanjang pekan ini dan melemah 2,1 persen untuk bulan ini. Meski demikian, dalam 52 pekan terakhir, IHSG membukukan kenaikan 4,6 persen, jauh mengungguli indeks MSCI AC Asia Pacific yang melemah 6,7 persen pada periode yang sama.
Rupiah Tambah Kuat, BI Diprediksi Pangkas Suku Bunga Lagi
Rupiah terus memperlihatkan keperkasaannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan hari ketiga berturut-turut.
Menurut Ekonom ING Nicholas Mapa, nilai tukar rupiah kemungkinan menerima bias apresiasi dalam jangka pendek karena pasar fokus pada prospek pertumbuhan untuk Indonesia.
Pada Kamis (22/8), Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) membuat kejutan dengan memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin ke level 5,50 persen di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Fitch Solutions memperkirakan Bank Indonesia akan terus melakukan pelonggaran kebijakan moneternya dengan penurunan suku bunga lebih lanjut sebesar 25 basis poin sebelum akhir tahun ini, demi menstimulasi ekonomi yang tumbuh dengan laju lebih lambat pada paruh pertama.
Dolar AS Stabil di Zona Hijau Jelang Pidato Jerome Powell
Gubernur The Fed Jerome Powell akan menyampaikan pidato yang sangat dinanti-nantikan dalam pertemuan tahunan bank sentral di Jackson Hole pada Jumat (23/8) waktu setempat.
Namun, keraguan pasar muncul setelah sejumlah pejabat The Fed mengatakan tidak melihat alasan untuk menurunkan suku bunga lagi tanpa tanda-tanda pelemahan ekonomi yang baru.
Harapan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dalam pertemuan berikutnya pada bulan September masih sangat tinggi, tetapi pasar kemungkinan akan bereaksi jika Powell tidak menyampaikan pandangan yang terdengar dovish.
Permintaan Batu Bara China Bakal Anjlok, Ini Alasannya
Permintaan batu bara China, importir terbesar di dunia, diproyeksikan akan amblas pada masa mendatang, setelah konsumsi di sektor pembangkit listrik dan sektor industri lainnya mencapai puncaknya.
CNPC Economics and Technology Research Institute yang dijalankan oleh China National Petroleum Corp (CNPC) dalam laporannya memperkirakan, konsumsi komoditas tersebut di China akan turun 18 persen dari 2018 hingga 2035. Kemudian turun lagi 39 persen dari 2018 hingga 2050.
“Seiring permintaan batu bara di China turun secara bertahap, konsumsi batu bara dunia diperkirakan akan mencapai puncaknya dalam 10 tahun. Sementara itu, permintaan batu bara China, saat ini terhitung separuh dari total dunia, akan turun menjadi sekitar 35 persen pada 2050,” kata laporan itu
Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 terpantau turun 2,30 poin atau 0,15 persen ke level US$1.506,20 per troy ounce pukul 18.55 WIB. Sepanjang perdagangan hari ini, emas kontrak Desember bergerak di level 1.503 – 1.508,80.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, menguat 0,24 persen atau 0,231 poin ke posisi 98,401.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta turun sebesar Rp4.000 menjadi Rp751.000 per gram. Harga pembelian kembali atau buyback emas Antam ikut turun Rp4.000 menjadi Rp679.000 per gram.