Bisnis.com, JAKARTA – Aliran dana investor asing kembali deras masuk ke Indonesia usai mencatat net buy Rp2,2 triliun pada Selasa (12/8/2025). Apakah tren tersebut bisa berlanjut di hari ini?
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat net buy asing mencapai Rp2,2 triliun di pasar saham kemarin. Meskipun, pasar saham Indonesia masih mencatatkan nilai jual bersih atau net sell asing sebesar Rp58,8 triliun sejak awal tahun.
Hal tersebut sejalan dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang parkir di zona hijau dengan penguatan sebesar 2,44% ke level 7.791,7. Nilai transaksi yang diperdagangkan mencapai Rp19,57 triliun, volume transaksi 29,6 miliar lembar, dan frekuensi transaksi 2,21 juta kali.
Adapun, market cap pasar modal Indonesia mencapai Rp14.013 triliun. IHSG makin kokoh di zona hijau, menguat 10,05% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Terpantau, sejumlah saham menjadi favorit asing usai mencatatkan nilai beli bersih atau net buy asing tinggi, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) hingga PT Rukun Raharja Tbk. (RAJA).
Saham BBRI misalnya mencatatkan net buy asing terbesar yakni Rp718,81 miliar. Bank jumbo lainnya PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) masing-masing mencatatkan net buy asing sebesar Rp569,31 miliar dan Rp511,51 miliar.
Baca Juga
Lalu, PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) mencatatkan net buy asing sebesar Rp343,88 miliar dan RAJA mencatatkan net buy asing Rp130,45 miliar pada perdagangan hari ini. Selain itu, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) mencatatkan net buy asing sebesar Rp111,08 miliar.
Seiring dengan derasnya dana asing masuk, harga sahamnya pun terkerek. Harga saham BBRI naik 6,3%, BBCA naik 3,51%, dan BMRI naik 4,03%.
Harga saham TLKM pun menguat 6,35%, dan RAJA melonjak 18,01%. Sementara, AMMN menguat 2,11% pada perdagangan hari ini.
Saham Bank Jadi Penopang
Kinerja saham perbankan jumbo seperti BBRI dan BBCA dinilai bisa menjadi pendongkrak aliran dana asing masuk ke pasar saham Indonesia.
Investment Analyst Capital Asset Management Martin Aditya menjelaskan perbaikan kinerja keuangan perbankan bisa turut mengerek kinerja IHSG untuk bisa menyentuh rekor baru pada akhir tahun ini.
"Karena satu-satunya pendongkrak indeks yang big caps masih finansial perbankan," katanya, Senin (11/8/2025).
Sementara itu, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi mengatakan saham bank jumbo telah menghadapi tekanan pada tahun ini dipicu oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah kebijakan suku bunga tinggi yang berimbas pada laju pertumbuhan kredit.
Selain itu, tekanan terhadap kinerja fundamental juga turut membebani. Sepanjang semester I/2025, laba bersih BBCA tumbuh 8% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp29 triliun. Di sisi lain, BRI mencatatkan kontraksi laba sebesar 11,53% yoy menjadi Rp26,28 triliun.
"Terlihat juga hanya BBCA yang memiliki pertumbuhan kredit double digit atau 12,9% yoy dan lainnya single digit," ujarnya.
Meski saham-saham perbankan belum memberikan dorongan signifikan terhadap IHSG, Oktavianus menilai prospeknya masih menarik, terutama dengan potensi pemangkasan suku bunga yang terbuka hingga akhir tahun.
Dia menambahkan bahwa faktor lain seperti daya beli yang masih terjaga, stabilitas geopolitik global, serta terbatasnya dampak kebijakan tarif AS juga mendukung prospek saham perbankan.
“Selain itu, ekonomi makro dalam negeri masih solid dengan pertumbuhan PDB di atas 5%. Nilai rupiah juga menguat hingga faktor konsumsi yang masih resilient," pungkasnya.
Di sisi lain, sentimen rebalancing indeks Morgan Stanley Capital International atau MSCI disebut menambah kepercayaan investor asing untuk mengalirkan uang ke Indonesia.
Head of Research Retail MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan di sisi lain investor juga akan mencermati iklim investasi di Indonesia, baik dari sisi kebijakan dan data makro yang ada.
“Kami perkirakan, dengan adanya rebalancing ini diharapkan dapat meningkatkan minat investor terhadap pasar modal Indonesia, sehingga dapat meningkatkan inflow ke pasar,” kata Herditya pada beberapa waktu lalu.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.