Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas global telah anjlok ke level terendah dua pekan seiring dengan sinyal meredanya ketegangan perdagangan dan menurunnya aktivitas perdagangan karena hari libur di China.
Melansir Reuters, harga emas di penutupan pasar spot kemarin turun 2,3% menjadi US$3.211,53 per ons setelah menyentuh level terendah sejak 14 April pada awal sesi. Sebelumnya, harga emas sempat mencetak rekor di US$3.500,05 per ons pekan lalu. Adapun harga emas berjangka AS tercatat 2,9% lebih rendah ke US$3.222,20 per ons.
“Ada tanda-tanda kesepakatan dagang yang akan datang, dan pernyataan dari Tiongkok bahwa pemerintahan Trump telah menghubunginya. Perdagangan berisiko sedang berlangsung, yang mengarah pada aksi ambil untung di aset safe haven seperti emas,” ujar Bob Haberkorn, Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures.
Meski demikian, pagi ini (2/5/2025) harga emas di pasar spot sedikit menguat. Pada pukul 7.22 WIB, harga emas menguat 0,06% menjadi 3.241,15 per troy ounce.
Presiden AS Donald Trump menyebut perjanjian dagang bisa dicapai dengan India, Jepang, dan Korea Selatan. Ia juga menyatakan ada 'peluang yang sangat bagus' untuk mengamankan kesepakatan dengan China.
Selain itu, akun media sosial yang berafiliasi dengan media pemerintah China menyebut AS telah mendekati China untuk membahas tarif 145% yang dikenakan oleh Trump.
Baca Juga
Adapun pasar China tutup karena libur Hari Buruh pada 1–5 Mei.
Dalam catatannya, TD Securities menyampaikan bahwa '[harga] emas tersedot ke dalam kekosongan likuiditas yang disebabkan oleh libur panjang di China.'
Data pada Rabu menunjukkan bahwa ekonomi AS mengalami kontraksi pada kuartal pertama. Sementara itu, indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi AS tercatat tidak berubah pada Maret. Kini, perhatian pelaku pasar tertuju pada laporan penggajian nonpertanian AS yang dijadwalkan rilis pada Jumat.
Para pembuat kebijakan The Federal Reserve mengindikasikan bahwa suku bunga akan tetap ditahan sampai ada tanda-tanda jelas inflasi melandai ke target 2% atau terjadi pelemahan pasar tenaga kerja.
Suku bunga yang lebih rendah dan ketidakpastian geopolitik umumnya meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil.
“Meskipun koreksi jangka pendek ini dipicu oleh membaiknya sentimen pasar, pendorong struktural yang menopang kekuatan emas tetap kuat,” tulis Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank