Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Global Sempat Memanas Akibat Ancaman Sanksi Tambahan dari Trump

Harga minyak global menguat hampir 2% setelah Presiden AS Donald Trump mengancam sanksi sekunder terhadap Iran.
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS./REUTERS-Bing Guan
Dongkrak pompa mengebor minyak mentah dari Ladang Minyak Yates di Permian Basin, Texas, AS./REUTERS-Bing Guan

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak global menguat hampir 2% setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan menjatuhkan sanksi sekunder terhadap Iran, menyusul penundaan putaran keempat perundingan AS-Iran.

Melansir Reuters, Jumat (2/5/2025), harga minyak mentah Brent terpantau di level US$62,13 per barel, naik US$1,07 atau 1,8%. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$1,03 atau 1,8% menjadi US$59,24 per barel.

Meski demikian, penguatan ini tidak berlangsung lama. Pada pukul 6.50 WIB, harga minyak di pasar spot berbalik ke zona merah untuk jenis WTI menjadi US$58,9 atau melemah 0,57%. Sedangkan minyak jenis Brent masih di zona hijau walau sudah berbalik arah menjadi US$62,13 per barel. 

Trump menyatakan bahwa semua pembelian minyak atau produk petrokimia Iran harus dihentikan. Negara atau individu yang tetap membeli dari Iran akan dikenai sanksi sekunder.

Pernyataan tersebut muncul setelah perundingan nuklir yang dijadwalkan berlangsung di Roma pada Sabtu lusa ditunda. Seorang pejabat senior Iran mengatakan kepada Reuters bahwa tanggal baru akan ditentukan berdasarkan pendekatan AS.

“Jika pemerintahan Trump berhasil memberlakukan sanksi sekunder atas pembelian minyak Iran, hal itu dapat mengurangi pasokan sekitar 1,5 juta barel per hari,” kata Andrew Lipow, Presiden Lipow Oil Associates.

Ia menambahkan, “Harga minyak yang rendah memberikan alasan bagi pemerintahan Trump untuk memperketat sanksi, terlebih saat OPEC+ memproduksi melampaui kuota mereka dan berupaya meningkatkan produksi.”

Sejumlah anggota OPEC+ disebut akan menyarankan percepatan kenaikan produksi pada Juni untuk bulan kedua berturut-turut, menurut tiga sumber yang mengetahui diskusi internal. Delapan negara OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 5 Mei untuk menetapkan kebijakan produksi bulan depan.

Di sisi lain, Arab Saudi disebut memberi tahu sekutu dan pelaku industri bahwa mereka tidak akan menopang harga dengan pemangkasan produksi, dan siap menghadapi periode harga rendah berkepanjangan.

Sementara itu, data ekonomi menunjukkan bahwa ekonomi AS berkontraksi pada kuartal I/2025 untuk pertama kalinya dalam tiga tahun, terdorong lonjakan impor akibat aksi bisnis menghindari biaya lebih tinggi dari tarif. Data ini menunjukkan dampak kebijakan perdagangan Trump yang dinilai tidak dapat diprediksi.

Jajak pendapat Reuters menyebutkan bahwa kebijakan tarif Trump meningkatkan risiko ekonomi global masuk ke jurang resesi tahun ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper