Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup menguat ke posisi Rp16.806,5 pada perdagangan Senin (21/4/2025). Pada saat bersamaan, greenback terpantau melemah signifikan.
Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup menguat sebesar 70 poin atau 0,41% ke level Rp16.806,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 1,22% menuju 98,01.
Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas menguat. Yen Jepang menguat sebesar 1,07% bersama won Korea sebesar 0,44%. Sementara itu, ringgit Malaysia dan baht Thailand ditutup perkasa dengan persentase masing-masing 0,97% dan 0,87%.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa ketidakpastian kembali menyelimuti pasar global seiring munculnya isu baru terkait kebijakan moneter AS.
Donald Trump disebut-sebut mempertimbangkan untuk merombak Federal Reserve, termasuk kemungkinan memecat Ketua The Fed Jerome Powell. Pernyataan ini diungkapkan oleh Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, pada Jumat lalu.
“Kabar ini memicu kekhawatiran atas independensi bank sentral AS dan mengirimkan tekanan ke pasar keuangan global,” ujar Ibrahim, Senin (21/4/2025).
Baca Juga
Sementara itu, tanda-tanda kemajuan muncul dalam perundingan nuklir antara Amerika Serikat dan Iran. Kedua negara disebut telah mencapai kesepakatan untuk mulai merancang kerangka kerja menuju perjanjian nuklir baru.
Kesepakatan tersebut, kata Ibrahim, terjadi setelah AS menjatuhkan sanksi tambahan terhadap kilang independen di China yang diduga mengolah minyak mentah asal Iran, sebagai bentuk tekanan tambahan terhadap Teheran.
“Namun, pelaku pasar tetap mewaspadai dampak dari kebijakan tarif agresif AS dan perang dagang dengan China terhadap perekonomian global,” ucapnya.
Investor juga dinilai tengah menantikan rilis sejumlah data ekonomi penting dari AS pekan ini, termasuk Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor manufaktur dan jasa untuk bulan April. Data ini akan menjadi petunjuk penting arah perekonomian, serta menunjukkan seberapa besar dampak kebijakan tarif terhadap sektor-sektor utama.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia surplus US$4,33 miliar pada Maret 2025. Angka ini naik US$1,23 miliar dari bulan sebelumnya, tetapi turun US$0,25 miliar dibandingkan Maret tahun lalu.
Dengan pencapaian ini, Ibrahim menuturkan bahwa neraca perdagangan barang Indonesia telah mencatatkan surplus selama 59 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Surplus pada Maret 2025 terutama disumbang oleh komoditas nonmigas senilai US$6 miliar, dengan kontributor utama meliputi lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), bahan bakar mineral (HS 27), serta besi dan baja (HS 72).
Di sisi lain, neraca perdagangan migas masih mengalami defisit sebesar US$1,67 miliar, yang utamanya berasal dari impor hasil minyak dan minyak mentah.
Surplus pada bulan ini juga ditopang kinerja ekspor yang lebih tinggi dari impor. Nilai ekspor tercatat US$23,25 miliar atau naik 5,59% secara bulanan. Adapun impor sebesar US$18,92 miliar, naik 0,38% mtm dari Februari 2025 sebesar US$18,85 miliar.
Untuk perdagangan besok, Selasa (15/4/2025), Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif tetapi menguat di rentang Rp16.750 - Rp16.810 per dolar AS.