Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp16.833 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Kamis (17/4/2025).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan naik 0,02% atau 3,5 poin ke posisi Rp16.833 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terlihat menguat 0,18% ke posisi 99,325.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Rupee India menguat 0,26%, peso Filipina menguat 0,20%, yuan China menguat 0,05%, dan ringgit Malaysia menguat 0,07%.
Sementara itu, mata uang lainnya yakni dolar Taiwan melemah sebesar 0,02%, baht Thailand melemah 0,58%, won Korea melemah 0,07%, dolar Singapura melemah 0,13%, yen Jepang melemah 0,75% dan dolar Hong Kong stagnan.
Pengamat Forex Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan sore ini, Kamis (17/4/2025) mata uang rupiah ditutup menguat 3,5 poin ke level Rp16.833 setelah pada perdagangan sebelumnya menguat 20 poin ke level Rp16.837 per dolar AS.
Kemudian untuk perdagangan besok, Jumat (18/4/2025), dia memprediksi bahwa mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp16.780-Rp16.840.
Baca Juga
Ibrahim mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump mengeluarkan sanksi baru yang menargetkan ekspor minyak Iran termasuk terhadap kilang minyak "teapot" yang berbasis di China, meningkatkan tekanan terhadap Teheran di tengah pembicaraan mengenai meningkatnya program nuklir negara tersebut.
Secara bersamaan, Trump mengatakan kemajuan besar telah dicapai selama pertemuan dengan delegasi perdagangan Jepang di Washington pada Rabu lalu, saat kedua negara membuka pembicaraan yang bertujuan untuk menyelesaikan ketegangan atas gelombang tarif AS.
"Pembicaraan tersebut menandai dimulainya negosiasi formal untuk mencapai kesepakatan perdagangan bilateral di tengah meningkatnya kekhawatiran atas dampak ekonomi dari tarif AS," katanya dalam riset, Kamis (17/4/2025).
Selain itu, menurutnya China terbuka untuk memulai pembicaraan perdagangan dengan pemerintahan Trump, tetapi menuntut agar Gedung Putih menunjukkan lebih banyak rasa hormat. Perkembangan ini meredakan beberapa kekhawatiran, meskipun investor masih tetap waspada.
Kemudian, Ibrahim mengatakan rilis data produksi industri China melonjak 7,7% pada Maret melampaui ekspektasi, karena produsen lokal meningkatkan ekspor menjelang tarif AS yang tinggi pada 2 April yang diberlakukan oleh Trump. Penjualan ritel juga naik 5,9%, dibantu oleh langkah-langkah stimulus Beijing yang menargetkan konsumsi.