Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka menguat tipis pada perdagangan hari ini, Selasa (8/10/2024) ke level Rp15.681 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka menguat 0,03% atau 5 poin ke level Rp15.681 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,15% ke level 102,38.
Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang Asia mengalami penguatan. Yen Jepang misalnya menguat 0,33%, dolar Singapura menguat 0,08%, dolar Taiwan menguat 0,14%, serta peso Filipina menguat 0,04%.
Namun, sejumlah mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan. Won Korea Selatan misalnya melemah 0,21% dan yuan China melemah 0,51%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pada perdagangan hari ini, Selasa (8/10/2024), mata uang rupiah diproyeksikan fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.670 - Rp15.780.
Terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi fluktuasi rupiah. Dari luar negeri, sentimen datang saat laporan data pekerjaan yang sangat kuat untuk September 2024. Tingkat pengangguran juga secara tak terduga turun, menjadi 4,1% per September 2024 dari 4,2% pada Agustus 2024.
Baca Juga
Kondisi tersebut menyebabkan para pedagang memangkas taruhan bahwa The Fed akan melakukan pemotongan suku bunga lanjutan 50 basis poin.
Berdasarlan FedWatch Tool milik CME Group, para pedagang memperkirakan tidak ada peluang pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin, turun dari sekitar 31% sebelumnya pada hari Jumat dan 53% sepekan lalu. Pengurangan sebesar 25 basis poin dianggap hampir pasti, dengan para pedagang juga melihat peluang kecil bahwa The Fed akan membiarkan suku bunga tidak berubah.
Sentimen juga datang dari tensi panas di Timur Tengah. Laporan mengatakan Israel sedang mempertimbangkan untuk menyerang fasilitas produksi minyak Iran, di mana langkah tersebut dapat mengganggu pasokan minyak dan menandai eskalasi drastis dalam konflik tersebut.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) membukukan posisi cadangan devisa pada akhir September 2024 senilai US$149,9 miliar, turun tipis usai bulan lalu mencatatkan rekor tertinggi sejak Desember 2023.
Posisi tersebut tercatat lebih rendah dari cadangan devisa akhir Agustus 2024 yang senilai US$150,2 miliar. Posisi tersebut realtif stabil dan turun tipis karena kewajiban pemerintah dalam pembayaran utang.