Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Loyo Rp16.170,50 saat Prabowo Pidato RAPBN 2026

Rupiah melemah 0,34% ke Rp16.170,50 saat Prabowo pidato RAPBN 2026, sementara mata uang Asia lainnya bervariasi terhadap dolar AS.
Karyawan memperlihatkan mata uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Selasa (12/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan memperlihatkan mata uang Rupiah dan dolar AS di salah satu tempat penukaran uang asing di Jakarta, Selasa (12/11/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Jumat (15/8/2025) saat Presiden Prabowo Subianto pidato soal RAPBN 2026. Rupiah ditutup melemah di saat sejumlah mata uang lain di Asia ditutup beragam terhadap dolar AS.

Melansir data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 0,34% ke level Rp16.170,50. Sementara itu, dolar turut terkoreksi 0,31% ke 97,95.

Sejumlah mata uang lain di Asia yang ditutup menguat antara lain yen Jepang yang menguat 0,49%, dolar Singapura menguat 0,16%, won Korea naik 0,16%, dan baht Thailand menguat 0,22%.

Sebaliknya, sejumlah mata uang yang ditutup lesu antara lain ringgit Malaysia yang terkoreksi 0,18%, rupee India terkoreksi 0,14%, peso Filipina melemah 0,29%, dolar Taiwan terkoreksi 0,03%, dan yuan China melemah 0,03%.

Melansir Reuters, pada perdagangan hari ini, dolar AS cenderung stabil terhadap euro dan pound sterling. Hal itu menyusul para investor yang memangkas ekspektasi mereka atas pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed setelah rilis data inflasi grosir yang lebih tinggi dari perkiraan.

Sebelumnya, pasar dihadapkan pada data yang menunjukkan harga produsen AS naik paling tinggi dalam tiga tahun pada Juli, dipicu lonjakan biaya barang dan jasa, yang mengarah pada meningkatnya tekanan inflasi secara luas. Analis menyebut hal ini dapat menjadi dilema bagi The Fed. Berdasarkan alat pantau CME FedWatch, peluang penurunan suku bunga 25 basis poin oleh bank sentral AS pada September tetap sangat tinggi, meski sedikit berkurang setelah rilis data harga produsen.

Pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, kemungkinan akan menjadi fokus pekan depan untuk melihat pandangannya terhadap kondisi ekonomi AS dan arah suku bunga acuan selanjutnya.

Alex Hill, Managing Director di Electus Financial Ltd, Auckland, mengatakan faktor kunci yang perlu diperhatikan untuk dolar AS adalah bagaimana pasar obligasi menyerap peningkatan penerbitan utang pemerintah pada September dan Oktober.

Dolar Australia nyaris tidak bergerak terhadap dolar AS, sementara yuan China terkoreksi dari level tertinggi dua minggu karena data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan menekan sentimen pasar.

Terhadap dolar AS, euro dan pound sterling nyaris tidak berubah setelah masing-masing turun 0,5% dan 0,3% pada sesi sebelumnya, menjelang rilis data penjualan ritel AS.

Investor juga menantikan pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat malam di Alaska. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro