Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rapor Kinerja BREN, PGEO Cs di Tengah Ambisi Prabowo Jadikan RI Pelopor EBT Dunia

Rapor kinerja emiten energi hijau BREN, PGEO Cs di tengah ambisi Prabowo menjadikan Indonesia jadi pelopor EBT dunia sebelum 2060.
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8/2025). ANTARAFOTO/Dhemas Reviyanto
Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pidato dalam Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8/2025). ANTARAFOTO/Dhemas Reviyanto
Ringkasan Berita
  • Presiden Prabowo Subianto berambisi menjadikan Indonesia sebagai pelopor energi bersih dunia dengan target 100% energi terbarukan sebelum 2060.
  • PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) mencatatkan peningkatan pendapatan dan laba bersih, sementara PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mengalami penurunan laba meski pendapatan meningkat.
  • PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) menunjukkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih yang signifikan, sedangkan PT Maharaksa Biru Energi Tbk. (OASA) mengalami penurunan kinerja keuangan.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto berambisi menjadikan Indonesia sebagai negara pelopor energi bersih dunia. Bahkan, Prabowo menargetkan produksi energi bersih Tanah Air bisa mencapai 100% sebelum 2060.

Ambisi itu disampaikan Prabowo dalam pembacaan Nota Keuangan APBN 2026, dengan mengatakan Indonesia harus menggenjot pembangunan pembangkit listrik dari energi surya, energi hidro, panas bumi, hingga bioenergi.

"Indonesia harus menjadi pelopor energi bersih dunia. Kita harus capai 100% pembangkit listrik dari EBT dalam waktu 10 tahun, atau lebih cepat. Saya yakin hal ini bisa dicapai. Dari target dunia 2060, kita bisa mencapainya jauh lebih cepat," kata Prabowo, Jumat (15/8/2025).

Di tengah rencana tersebut, emiten EBT Tanah Air membukukan kinerja yang beragam sepanjang paruh pertama 2025. PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), misalnya, mampu membukukan kinerja top line dan bottom line yang bertumbuh, saat PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) mencatatkan laba yang susut.

Barito Renewables Energy (BREN)

Melansir laporan keuangan, BREN membukukan pendapatan sebesar US$300,07 juta atau setara Rp4,8 triliun. Pendapatan ini naik 3,4% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$290,07 juta.

Peningkatan pendapatan ini didorong oleh pemulihan produksi panas bumi pasca pemeliharaan tidak terencana di Darajat pada tahun lalu, serta kontribusi penuh dari unit Salak Binary yang baru beroperasi. Hal ini berhasil mengimbangi penurunan produksi dari segmen angin.

Sementara itu, dari sisi bottom line, emiten terafiliasi Prajogo Pangestu itu, mampu membukukan laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih naik menjadi US$65,46 juta atau setara Rp1,06 triliun. Capaian laba bersih ini meningkat 12,96% dari US$57,9 juta pada semester I/2024.

CEO Barito Renewables Hendra Soetjipto Tan menyampaikan, ke depannya, BREN akan tetap berkomitmen untuk memperluas portofolio perusahaan di sektor energi terbarukan, dalam rangka mendukung target jangka panjang transisi energi Indonesia.

Adapun saat ini, BREN tengah mencatatkan kemajuan dalam pengembangan unit panas bumi baru di Salak dan Wayang Windu. Kedua unit ini ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada akhir 2026.

Selain itu, program retrofit juga sedang berjalan di Salak, Wayang Windu, dan Darajat, dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi pembangkit, memperpanjang umur aset, dan mengoptimalkan output dari infrastruktur yang ada.

BREN juga memperkirakan kinerja yang lebih baik dari segmen angin pada paruh kedua tahun ini, seiring dengan meningkatnya kecepatan angin secara musiman. Dengan ketersediaan sumber daya yang lebih baik, segmen angin diharapkan dapat memberikan kontribusi produksi yang lebih optimal dalam portofolio energi BREN pada kuartal-kuartal mendatang.

“Ke depan, kami akan tetap fokus pada ekspansi kapasitas terpasang untuk mendukung transisi Indonesia menuju sistem energi rendah karbon,” kata Hendra akhir Juli 2025.

Di lantai Bursa, saham BREN bertengger di level Rp8.750 per lembar. Angka itu mencerminkan koreksi 5,66% sepanjang tahun berjalan 2025 (YtD). Penyampaian pidato Prabowo kemarin juga belum mampu menyengat harga saham BREN pada perdagangan Jumat (15/8/2025). Harga saham BREN pada perdagangan kemarin justru terkoreksi 5,15%.

Prajogo Pangestu
Prajogo Pangestu

Pertamina Geothermal Energy (PGEO)

Emiten EBT pelat merah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) justru mencatatkan kinerja yang lesu sepanjang paruh pertama 2025. Meskipun begitu, secara top line, PGEO mampu bertumbuh.

Melansir laporan keuangan, PGEO membukukan pendapatan sebesar US$204,85 juta, atau setara dengan Rp3,3 triliun. Pendapatan ini naik 0,53% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$203,77 juta.

Pendapatan PGEO yang tumbuh turut ditekan oleh kenaikan beban pokok pendapatan dan beban langsung lainnya sebesar 7,34% YoY menjadi US$83,49 juta. Selain itu, PGEO juga membukukan rugi selisih kurs US$13,44 juta pada semester I/2025 dari posisi laba selisih kurs US$16,82 juta per 30 Juni 2024.

Dengan begitu, laba bersih PGEO melemah hingga 28,37% secara tahunan menjadi US$68,93 juta atau setara Rp1,1 triliun. Laba bersih ini turun dari US$96,25 juta dibandingkan dengan semester I/2024.

Adapun PGEO tengah mengejar target 1 gigawatt (GW) kapasitas terpasang, melalui sejumlah proyek, seperti pengembangan Hululais Unit 1 & 2 (110 megawatt/MW), proyek-proyek co-generation dengan total kapasitas 230 MW, serta eksplorasi Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Tiga yang diresmikan Presiden Prabowo pada Juni lalu.

Beroperasinya PLTP Lumut Balai Unit 2 pada akhir Juni lalu juga menambah daftar proyek yang dimiliki oleh PGEO. Hal itu diklaim akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan PGEO sepanjang tahun.

Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi menyampaikan bahwa PGEO berkomitmen menyediakan energi bersih berbasis panas bumi yang stabil dan andal sebagai bagian dari kontribusi nyata terhadap pencapaian target Net Zero Emission 2060 Indonesia.

“Perjalanan menuju 1 GW kami tempuh dengan konsistensi dan keyakinan. Beroperasinya Lumut Balai Unit 2, proyek eksplorasi (green field) PLTP Gunung Tiga, serta pengembangan berbagai proyek lainnya merupakan bukti konsistensi PGE dalam mengembangkan pemanfaatan panas bumi,” ucap Julfi.

Dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, PGEO saat ini mengelola kapasitas terpasang sebesar 1.932 MW, terdiri dari 727 MW yang dikelola mandiri dan 1.205 MW bersama mitra. PGEO optimistis dapat meningkatkan kapasitas terpasang mandiri menjadi 1 GW dalam 2-3 tahun ke depan, dan 1,7 GW pada 2033.

Di tengah rencana Prabowo tingkatkan EBT Tanah Air, saham PGEO belum tersengat. Pada perdagangan kemarin, harga saham PGEO justru terkoreksi 1,62% ke Rp1.515.

Meskipun begitu, harga saham PGEO telah mengalami kenaikan 62,03% sepanjang tahun berjalan 2025. Harga saham PGEO bahkan sempat menyentuh level Rp1.830 sebagai posisi tertingginya sepanjang 2025.

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro