Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prediksi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Senin (7/10/2024)

Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan berlanjut pada pekan depan.
Karyawan menunjukan uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan berlanjut pada pekan depan.

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 56,50 poin atau 0,37% ke level Rp15.485 per dolar AS hingga penutupan perdagangan Jumat (4/10/2024). 

Sementara itu, mata uang lain di Asia juga mayoritas melemah. Won Korea ditutup menurun 0,03% dan yuan China melemah 0,11%. Ringgit Malaysia turut memerah dengan penurunan 0,12%, sedangkan yen Jepang masih naik 0,41%. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan untuk perdagangan pekan depan, Senin (7/10/2024), rupiah diprediksi bergerak fluktuatif. 

“Rupiah berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.470 – Rp15.580 per dolar AS,” tulisnya dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (6/10/2024).

Ibrahim mengatakan rupiah kemungkinan akan kembali mendekati level Rp16.000 per dolar AS. Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi pelemahan rupiah terhadap dolar AS a.l. eskalasi konflik Timur Tengah, ekonomi AS, dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.

"Dari eksternal, terdapat faktor tensi politik di Timur Tengah yang terus memanas," kata Ibrahim.

Kondisi di Timur Tengah memang semakin memanas setelah Iran dilaporkan menyerang pangkalan jet tempur F-35 milik Israel. Iran meluncurkan serangan rudal besar (dilaporkan 180 rudal) ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan Israel terhadap pemimpin kelompok Islam Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Lebanon.

Faktor eksternal lainnya yakni perekonomian AS yang terus membaik. Kemudian, tensi politik di AS juga memanas setelah Pilpres AS.

Menurutnya, fokus investor saat ini tertuju pada laporan utama penggajian nonpertanian AS yang akan segera dirilis. Hal ini memberikan petunjuk lebih lanjut tentang prospek suku bunga The Fed ke depan. 

“Serangkaian rilis data minggu ini menunjukkan bahwa ekonomi AS masih dalam kondisi solid, setelah aktivitas sektor jasa negara itu melonjak ke level tertinggi pada September,” ujarnya. 

Menurut Ibrahim, kondisi ini membuat pelaku pasar mengurangi taruhan soal pemotongan kembali suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan depan. 

Adapun, dari internal terdapat faktor deflasi yang terus terjadi ditengarai karena pelemahan daya beli masyarakat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 melanjutkan tren deflasi, yang kali ini sebesar -0,12% secara bulanan (month to month/MtM). Hal ini menandai Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan secara berturut-turut, setelah terakhir mengalami deflasi panjang 7 bulan beruntun pada krisis 1999 silam.

Sebelumnya, Chief Economist of BCA Group David Sumual mengatakan saat ini laju penguatan rupiah terganjal oleh tensi panas di Timur Tengah. 

"Ini ada kekhawatiran meluasnya krisis geopolitik di Timur Tengah, di emerging market lain [nilai tukar terhadap dolar AS] juga melemah," ujar David kepada Bisnis pada Kamis (3/10/2024).

Alhasil, menurutnya pada kuartal IV/2024, pergerakan rupiah akan dipengaruhi oleh tarik menarik sentimen geopolitik di Timur Tengah dan penurunan suku bunga acuan The Fed.

"Ada beberapa faktor yang memengaruhi, tapi yang jelas yang paling kuat adalah tarik menarik suku bunga The Fed dengan kondisi di Timur Tengah," jelas David.

David pun memprediksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sulit untuk menguat di bawah level Rp15.000 per dolar AS. Rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp15.300-Rp15.800 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper