Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Anjlok ke Level Rp15.645 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah ke level Rp15.645 bersama dengan pelemahan mata uang asia lainnya pada Senin (7/10/2024).
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati
Karyawati menghitung mata uang Dolar Amerika Serikat di tempat penukaran uang asing di Jakarta, Senin (14/8/2023). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka melemah menuju posisi Rp15.645 pada Senin (7/10/2024). Pelemahan nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan mata uang Asia lainnya.

Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 160 poin atau 1,03% ke level Rp15.645 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS juga menurun 0,05% menuju posisi 102,46. 

Sementara itu, mata uang lain di Asia mayoritas dibuka melemah. Ringgit Malaysia turun 1,09%, baht Thailand melemah 0,37%, Peso Filipina turun 0,57%. Adapun, yuan China turun 0,11% diikuti dengan penurunan masing-masing dolar Taiwan dan rupee India sebesar 0,51% dan 0,01%. 

Di sisi lain, yen Jepang mencatatkan penguatan sebesar 0,21% diikuti dengan kenaikan won Korea Selatan sebesar 0,25% terhadap dolar AS.

Seperti diberitakan sebelumnya, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan berlanjut pada pekan ini. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan untuk perdagangan pekan depan, Senin (7/10/2024), rupiah diprediksi bergerak fluktuatif. 

“Rupiah berpotensi ditutup melemah di rentang Rp15.470–Rp15.580 per dolar AS,” tulisnya dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (6/10/2024). 

Ibrahim mengatakan rupiah kemungkinan akan kembali mendekati level Rp16.000 per dolar AS. Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi pelemahan rupiah terhadap dolar AS antara lain eskalasi konflik Timur Tengah, ekonomi AS, dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed

"Dari eksternal, terdapat faktor tensi politik di Timur Tengah yang terus memanas," kata Ibrahim.

Kondisi di Timur Tengah memang semakin memanas setelah Iran dilaporkan menyerang pangkalan jet tempur F-35 milik Israel. Iran meluncurkan serangan rudal besar (dilaporkan 180 rudal) ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan Israel terhadap pemimpin kelompok Islam Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Lebanon. 

Faktor eksternal lainnya yakni perekonomian AS yang terus membaik. Kemudian, tensi politik di AS juga memanas setelah Pilpres AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper