Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah ditutup menguat ke posisi Rp15.693 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (16/8/2024).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup pada perdagangan dengan naik 0,04% atau 6,5 poin ke posisi Rp15.693 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,07% ke posisi 102,732.
Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,40%, baht Thailand menguat 0,18%, won Korea menguat 0,68%, dolar Singapura menguat sebesar 0,22%, dolar Hong Kong menguat 0,04%, ringgit Malaysia menguat 0,11%, dan yuan China menguat 0,11%.
Sementara, mata uang yang melemah, di antaranya, peso Filipina melemah 0,52%, rupee India melemah 0,01%, dan dolar Taiwan stagnan 0,00%.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pada perdagangan akhir pekan, mata uang rupiah ditutup menguat 6,5 poin walaupun sebelumnya sempat melemah 25 poin di level Rp15.693 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.699,5.
Adapun, untuk perdagangan Senin (19/8), mata uang rupiah fluktuatif namun akan ditutup menguat direntang Rp15.640-Rp15.720.
Baca Juga
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pasar merespon positif terhadap pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang memamerkan sederet capaian infrastruktur yang telah dilakukan selama 10 tahun memimpin Indonesia dalam Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR/DPR/DPD RI, pada Jumat (16/8/2024).
Negara telah mampu membangun sebuah fondasi dan peradaban baru, dengan pembangunan Indonesia sentris yakni membangun dari pinggiran, dari desa, dan dari daerah terluar. Selama 10 tahun kepemimpinannya, negara telah membangun 366.000 km jalan desa, dan 1,9 juta meter jembatan desa.
Selain itu, pemerintah di bawah kepemimpinannya juga telah membangun 2.700 km jalan tol baru, 6.000 km jalan nasional, 50 pelabuhan, dan bandara baru, serta 43 bendungan, dan 1,1 juta hektare jaringan irigasi baru.
Hasil dari pembangunan-pembangunan tersebut, menjadikan biaya logistik mengalami penurunan menjadi 14% di 2023 yang sebelumnya 24%.
Selain itu, daya saing Indonesia juga terkerek dari sebelumnya di posisi 34 menjadi 27 di 2024. Dan Indonesia mampu memperkuat persatuan lantaran akses lebih merata dan berkeadilan.
Peringkat Indonesia itu bahkan mengalahkan Inggris yang berada di peringkat 28, Malaysia yang berada di peringkat 34, Jepang yang di angka 38, Filipina di angka 52 dan Turki di 53.