Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Dibuka Melemah 0,25% ke Level Rp15.738 per Dolar AS

Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.738 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (16/8/2024).
Karyawati menghitung dolar Amerika Serikat di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Rabu (17/4/2024). Bisnis/Abdurachman
Karyawati menghitung dolar Amerika Serikat di salah satu tempat penukaran uang di Jakarta, Rabu (17/4/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah dibuka melemah ke posisi Rp15.738 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Jumat (16/8/2024). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada perdagangan dengan turun 0,25% atau 39 poin ke posisi Rp15.738 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar terpantau melemah 0,03% ke posisi 102,779.

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS. Baht Thailand menguat 0,21%, won Korea menguat 0,46%, dolar Singapura menguat sebesar 0,13%, dolar Hong Kong menguat sebesar 0,02%, dan yen Jepang menguat 0,19%, rupee India menguat 0,03%.

Sementara, mata uang yang melemah, di antaranya ringgit Malaysia melemah 0,23%, peso Filipina melemah 0,35%, dolar Taiwan melemah 0,16%, dan yuan China stagnan 0,00%.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi sebelumnya memprediksi untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah bergerak fluktuatif, tetapi berpotensi ditutup menguat direntang Rp15.630-Rp15.720 per dolar AS.

Pada perdagangan kemarin sore, mata uang rupiah ditutup melemah 24,5 poin walaupun sebelumnya sempat menguat 35 poin dilevel Rp15.699,5 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.675. 

Dia mengatakan bahwa harga konsumen Amerika Serikat (AS) naik moderat pada Juli dan peningkatan inflasi tahunan melambat menjadi di bawah 3% untuk pertama kalinya dalam hampir 3,5 tahun, memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada bulan depan.

Menurut CME Fedwatch, para pedagang lebih menyukai pemangkasan yang lebih kecil, 25 basis poin oleh Fed pada September mendatang. Indikator tersebut sebelumnya mengindikasikan para pedagang terbagi atas pemangkasan 25 bps dan 50 bps, dengan yang terakhir menyajikan prospek yang lebih baik untuk pasar logam.

Kekhawatiran investor atas potensi respons Iran terhadap pembunuhan pemimpin kelompok Islam Palestina Hamas pada bulan lalu mendukung harga. 

Tiga pejabat senior Iran mengatakan bahwa hanya kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang akan menahan Iran dari pembalasan langsung terhadap Israel atas pembunuhan tersebut.

Pertumbuhan produksi pabrik China melambat pada Juli, sementara produksi kilang turun untuk bulan keempat, yang menggarisbawahi pemulihan ekonomi negara yang tidak merata, yang juga membatasi kenaikan pasar.

Namun, rilis data penjualan ritel di China tumbuh lebih dari yang diharapkan pada Juli, membuat investor sebagian besar mengabaikan hasil yang lebih lemah dari perkiraan pada produksi industri dan investasi aset tetap, sementara tingkat pengangguran China juga secara tidak terduga tumbuh menjadi 4,2%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Erta Darwati
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper