Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah dan Yuan Ditutup Lesu dari Dolar AS Imbas Joe Biden Mundur

Rupiah dan yuan China melemah terhadap dolar AS setelah Joe Biden mundur dari Pilpres AS.
Karyawan menghitung uang rupiah usai acara Peresmian Relokasi Bank Mega Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Kelapa Gading di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menghitung uang rupiah usai acara Peresmian Relokasi Bank Mega Syariah Kantor Cabang Pembantu (KCP) Kelapa Gading di Jakarta, Senin (10/6/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar AS pada Selasa (23/7/2024). Senasib dengan rupiah, yuan China juga melemah di tengah kekhawatiran pasar soal memanasnya perang dagang antara AS-China imbas mundurnya Joe Biden dari pemilihan presiden AS.

Berdasarkan data Bloomberg pukul 15.00 WIB, mata uang rupiah ditutup melemah 0,04% atau 6,5 poin ke level Rp16.213 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau stagnan di posisi 104,31.   

Adapun, beberapa mata uang Asia yang bertekuk lutut di hadapan dolar AS yaitu yuan China turun 0,01%, rupee India melemah 0,03%, peso Filipina turun 0,09%, dan dolar Hongkong melemah 0,01%.

Sementara itu, mata uang Asia yang masih kebal terhadap dolar AS yakni yen Jepang menguat 0,63%, dolar Singapura naik 0,06%, dolar Taiwan menguat 0,09%, won Korea naik 0,13% , dan ringgit Malaysia naik 0,20%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan ketidakpastian mengenai pemilihan presiden AS setelah Joe Biden mundur turut berdampak ke pasar keuangan.

"Meskipun ketidakpastian politik AS ini memicu aliran dana safe-haven ke dalam emas, ketahanan dolar membatasi aliran ini," ujar Ibrahim dalam riset Selasa (23/7/2024).

Kendati demikian, menurutnya emas tetap memperoleh keuntungan yang kuat tahun ini, di tengah meningkatnya optimisme bahwa Federal Reserve akan mulai menurunkan suku bunga mulai September 2024.

Di lain sisi, bank sentral China, PBoC memutuskan untuk menurunkan suku bunga kebijakan pada sesi pertama pasar Asia. PBoC menurunkan suku bunga acuan 1 tahun dan 5 tahun sebesar 10 bps menjadi 3,35% dan 3,85%.

Kekhawatiran terhadap kebijakan moneter AS yang lebih ketat, yang berasal dari kemungkinan Donald Trump menjadi presiden juga membuat para pelaku pasar waspada terhadap aset-aset yang terekspos di China. 

Sementara itu dari dalam negeri, menurutnya ambisi Presiden terpilih, Prabowo Subianto yang menginginkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8% selama lima tahun masa kepemimpinannya akan sulit tercapai, jika permasalahan struktural ekonomi Indonesia tak dibenahi.

Karena permasalahan ini, selama dua periode Presiden Joko Widodo menjabat, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5%. Target Jokowi saat masa kampanye Pilpres pada 2014 silam pun tidak pernah tercapai, yakni membuat ekonomi Indonesia tumbuh 7%.

"Untuk  perdagangan besok Rabu [24/7], mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang  Rp16.200 hingga Rp16.260 per dolar AS," pungkasnya.

---------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper