Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah Bangkit ke Rp16.210 Usai Dihantam Kabar Joe Biden

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibuka dengan naik 0,06% atau 10 poin ke posisi Rp16.210 pada Selasa (23/7/2024).
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp16.210 per dolar AS pada perdagangan pagi ini, Selasa (23/7/2024). 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan dengan naik 0,06% atau 10 poin ke posisi Rp16.210. Sebaliknya, indeks dolar terpantau turun 0,03% ke posisi 104,007. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi cenderung menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang naik 0,22%, dolar Hong Kong dan dolar Singapura naik masing-masing sebesar 0,01% dan 0,08%. 

Kemudian won Korea naik 0,25%, yuan China naik 0,01%, ringgit Malaysia menguat 0,10% dan baht Thailand menguat 0,12%. Adapun mata uang yang melemah adalah peso Filipina dan rupee India sebesar 0,04% dan 0,01%. 

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan untuk perdagangan, Selasa  mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.210 hingga Rp16.260 per dolar AS. 

Ibrahim mengatakan mundurnya Joe Biden meningkatkan ketidakpastian mengenai pemilihan presiden mendatang, yang pada gilirannya memperburuk sentimen terhadap pasar yang didorong oleh risiko. 

"Hal ini, ditambah dengan kekhawatiran bahwa potensi kepresidenan Trump juga dapat menyebabkan lebih banyak konflik dengan China, membebani mata uang regional," ujarnya dalam riset, dikutip Selasa (23/7/2024).

Adapun, Biden mendukung Wakil Presiden Kamala Harris, yang kini kemungkinan akan berhadapan dengan kandidat terdepan dari Partai Republik Donald Trump dalam pemilihan presiden.  Menurut Ibrahim, Trump terlihat unggul dalam jajak pendapat dibandingkan Biden dan Harris, menurut data CBS pekan lalu. 

Para analis memperkirakan kepresidenan Trump berpotensi menghasilkan inflasi yang lebih tinggi, terutama jika ia melanjutkan dengan pembatasan perdagangan yang lebih ketat dan tarif impor yang lebih tinggi terhadap China. 

Sementara itu, dari sentimen domestik, pasar terus memantau nasib APBN 2025 milik Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming berada dalam dilema. Pasalnya, pasangan tersebut harus merealisasikan janji politik kepada masyarakat. Di sisi lain, anggaran terbatas akibat menggunungnya warisan utang Presiden Joko Widodo (Jokowi).  

Belanja yang semakin jor-joran, mulai dari makan bergizi gratis yang direncanakan pada tahun depan senilai Rp71 triliun, kenaikan gaji PNS, food estate, Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, serta program-program prioritas lainnya membutuhkan dana jumbo.   

Kemudian, sinyal kenaikan gaji bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) pada tahun depan, termasuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) di dalamnya. Penyesuaian gaji ASN pada tahun depan mengacu pada kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM-PPKF) untuk tahun anggaran 2025. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper