Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Merosot ke Level Rp16.350 saat Dolar AS Perkasa

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat ke posisi Rp16.401 pada perdagangan hari ini, Senin (4/8/2025).
Karyawan menunjukan uang dolar AS di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Abdurachman
Karyawan menunjukan uang dolar AS di Jakarta, Senin (14/7/2025). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah ke posisi Rp16.350,5 pada perdagangan hari ini, Jumat (22/8/2025). Di sisi lain, greenback tercatat mengalami pelemahan. 

Mengutip Bloombergrupiah ditutup melemah 62,50 poin atau 0,38% ke level Rp16.350,5 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,11% ke 98,73.

Sementara itu, mata uang di Asia mayoritas ditutup melemah. Yen Jepang, semisal, terdepresiasi 0,14% bersama rupee India sebesar 0,38%. Ringgit Malaysia dan baht Thailand juga melemah masing-masing 0,08% dan 0,04%. 

Penurunan ini memperpanjang tren pelemahan rupiah dalam dua tiga hari terakhir. Kemarin, Kamis (21/8), rupiah ditutup melemah 0,11% ke level Rp16.289,5 per dolar AS, sementara indeks dolar AS naik 0,02% ke 98,23.

Menurut laporan Reuters, sentimen negatif di pasar Asia juga menyeret pergerakan rupiah. Yuan China, misalnya, terdepresiasi setelah data penjualan ritel per Juli 2025 hanya tumbuh 3,7% year to date, di bawah ekspektasi 5,9%. 

“Sentimen terhadap rupiah Indonesia berbalik negatif setelah sebelumnya positif, sementara posisi short pada dolar Taiwan dipangkas. Bank Indonesia secara mengejutkan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu,” tulis Reuters, Kamis (21/8/2025).

Secara teknikal, rupiah masih mencatat penguatan tipis 0,51% dalam sebulan terakhir. Namun, dalam horizon 12 bulan, rupiah terdepresiasi 4,81% dan sempat menyentuh rekor terendah Rp17.107 per dolar AS pada April 2025. 

Trading Economics memperkirakan rupiah akan berada di Rp16.300,2 per dolar AS pada akhir kuartal ini, dan Rp16.595,1 dalam satu tahun ke depan. 

Dari sisi domestik, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyoroti kebijakan fiskal pemerintah sebagai faktor penekan. Dalam RAPBN 2026, pemerintah berencana menarik utang baru Rp781,87 triliun melalui penerbitan SBN senilai Rp749,19 triliun dan penarikan pinjaman neto Rp32,67 triliun. 

“Pembiayaan utang yang tinggi ini bisa menambah tekanan pada rupiah, meski pembiayaan pinjaman neto turun dibanding outlook 2025,” ujar Ibrahim. 

Dari sisi global, perkembangan konflik Rusia–Ukraina masih membayangi. Presiden AS Donald Trump berjanji menjamin keamanan Ukraina sebagai bagian dari skema penyelesaian damai, tetapi kebijakan tarif tambahan AS terhadap India atas pembelian minyak Rusia menciptakan ketidakpastian baru.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro