Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dirut SMDR Beberkan Tantangan Utama Layanan Transportasi Laut RI

Dirut SMDR ungkap tantangan transportasi laut RI: infrastruktur tertinggal, aturan tidak pasti, kebijakan bea cukai kurang bersaing, dan enforcement lemah.
Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) Bani Maulana Mulia berpose seusai wawancara dengan Bisnis Indonesia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (3/8/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) Bani Maulana Mulia berpose seusai wawancara dengan Bisnis Indonesia di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Sabtu (3/8/2024)./JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ringkasan Berita
  • PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) mengidentifikasi empat tantangan utama dalam layanan transportasi laut di Indonesia, yaitu infrastruktur yang tertinggal, ketidakpastian aturan, kebijakan bea cukai dan perpajakan yang kurang bersaing, serta ketidaksamaan level playing field antar operator.
  • Untuk mengatasi tantangan tersebut, SMDR menyarankan agar layanan transportasi laut tidak hanya bergantung pada pasar domestik dan mendorong pembangunan infrastruktur yang lebih kompetitif.
  • Meskipun ada tantangan, sektor transportasi laut di Indonesia tetap stabil dan penting untuk distribusi barang, didukung oleh pasar domestik yang kuat dan kondisi ekonomi yang relatif stabil.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkapalan PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) memaparkan setidaknya ada tiga tantangan besar di dalam pengembangan layanan transportasi laut Tanah Air.

Direktur Utama SMDR Bani Maulana Mulia mengatakan tantangan pertama berasal dari sisi infrastruktur yang mana masih jauh tertinggal kualitasnya dibandingkan negara-negara tetangga.

Kedua, masih sering ada kesimpangsiuran alias ketidakpastian aturan di Indonesia. Ketiga, kebijakan bea cukai dan perpajakan tidak cukup bersaing dibandingkan negara tetangga.

Keempat, enforcement peraturan keselamatan dan ketidaksamaan level playing field di antara para operator nasional.

Untuk menjawab tantangan tersebut, sambungnya, layanan transportasi laut di Tanah Air mestinya tidak bergantung kepada satu pasar domestik saja. Selain itu, kata dia, pemain harus mencoba berperan serta membangun infrastruktur yang bersaing secara kualitas dan produktivitas.

“Termasuk, memberikan saran-saran dan masukan kepada pemerintah dan regulator,” kata Bani kepada Bisnis baru-baru ini.

Menyoal peremajaan kapal, dia mengatakan pelaksanaannya dilakukan di dalam dan di luar negeri. Sebab, jelasnya, tidak semua proses peremajaan kapal dapat dilakukan di Indonesia.

Selain itu, Bani menyebut produksi dalam negeri masih kalah efisien, sehingga seringkali tidak ekonomis bagi pelaku usaha. Sementara itu, kapal internasional memiliki standar lebih tinggi.

Kendati demikian, dia tidak menampik dukungan pendanaan yang diberikan kepada pelaku usaha layanan transportasi laut di Indonesia. Dia tidak menyebut secara spesifik, tetapi menilai ihwal pendanaan di Tanah Air tergolong sangat baik dan bermacam-macam.

Di pasar modal, pergerakan harga saham sektor transportasi laut dikatakan cenderung memiliki likuiditas yang relatif rendah. Kendati demikian, secara fundamental emiten-emiten di sektor tersebut dinilai masih tergolong cukup stabil.

Menurut Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta, baik dari sisi produksi maupun faktor-faktor lain sektor tersebut relatif mampu bertahan.

“Tantangan terkait dampak gangguan rantai pasok (supply chain disruption effect) masih dapat dikelola, karena ada langkah-langkah mitigasi risiko yang bisa diterapkan,” kata Nafan.

Selain itu, sambungnya, kondisi perekonomian saat ini yang relatif stabil memungkinkan sektor transportasi laut dapat berperan sebagai tulang punggung (backbone) dalam distribusi barang-barang yang memerlukan jasa pengiriman, khususnya ke pelosok Tanah Air.

Hal ini dipandang penting lantara pasar domestik RI yang kuat. Dengan pasar domestik yang solid, tambahnya, keperluan terhadap layanan transportasi laut untuk mendistribusikan barang dan jasa tetap tinggi.

Dari sisi komoditas, jelas Nafan, ketika harga berada di atas lower base (atau keluar dari pola lower low), aktivitas pengiriman (shipment) menjadi sangat penting untuk menunjang pergerakan berbagai komoditas esensial.

“Baik untuk kebutuhan domestik seperti bahan baku industri dan energi, maupun untuk ekspor ke luar negeri. Selama perdagangan tetap berjalan, peran transportasi laut akan terus menjadi krusial,” kata dia.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro