Bisnis.com, JAKARTA - PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk. (SMGA) membidik pendapatan tumbuh tiga kali lipat menjadi Rp1 triliun dengan laba bersih berkisar 10% dari pendapatan sepanjang 2024.
Direktur Utama SMGA Julius Edy Wibowo mengatakan setelah IPO, SMGA akan membidik pendapatan sekitar Rp1 triliun sepanjang 2024 atau tumbuh tiga kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“[Laba bersih] Ekspektasinya kurang lebih sekitar 10% dari pendapatan,” kata Julius, Selasa (30/1/2024).
Lebih lanjut, pendapatan Rp1 triliun yang dibidik masih akan didominasi oleh komoditas nikel sebesar 60%, batu bara 30% dan batu gamping sebesar 10%. SMGA pun masih optimis dengan harga nikel saat ini di level sekitar US$15.000 per ton.
“Kami tidak hanya bergantung di harga nikel saja. Tapi karena kami punya end to end, baik dari sisi supply maupun logistik sampai dengan end usernya. Partner yang sudah proven,” jelas Julius.
Jadi, kata Julius, meskipun harga nikel tertekan, selama SMGA dapat beroperasi secara efektif maka margin masih akan tetap terjaga meski bukan posisi margin terbaik. Hal tersebut karena SMGA telah memiliki pelanggan tetap yaitu smelter-smelter dan end user lainnya.
Di sisi lain, SMGA menganggarkan belanja modal sebesar Rp100 miliar yang akan digunakan untuk pengembangan anak usaha, tidak termasuk akuisisi tambang nikel baru.
Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, SMGA akan mengakuisisi tambang nikel di Morowali Utara, Sulawesi Tengah pada kuartal II/2024 dan akan membangun smelter pada 2026 mendatang.
Direktur Utama SMGA Julius Edy Wibowo mengatakan tambang nikel yang akan diakuisisi akan mulai berproduksi pada kuartal III/2024 dan akan berdampak pada pendapatan semester II/2024 mendatang.
Sepanjang 2023, SMGA telah melakukan penjajakan dengan beberapa suplier dan end user. Julius mengklaim dari penjajakan tersebut SMGA mendapatkan kontrak jangka panjang