Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (19/6): Emas Loyo, Batu Bara Variatif, CPO Menguat

Harga emas melemah pada perdagangan Rabu (19/6/2024). Batu bara ditutup variatif dan CPO menguat.
Ilustrasi emas batangan. Dok Bloomberg
Ilustrasi emas batangan. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas terpantau melemah dikarenakan kenaikan imbal hasil obligasi Treasury. Batu bara ditutup variatif dan CPO menguat. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot melemah 0,01% ke level US$2.329,24 pada perdagangan Rabu (19/6/2024) pada pukul 07.02 WIB. Kemudian, harga emas Comex kontrak Agustus 2024 juga melemah 0,15% ke level US$2.343,40 per troy ounce pada pukul 06.52 WIB.

Mengutip FXEmpire, harga emas mengalami tekanan penurunan karena kenaikan imbal hasil obligasi Treasury Amerika Serikat (AS), karena para pedagang menantikan data penjualan ritel untuk Mei 2024. Pasar juga gelisah menjelang pidato beberapa pejabat Federal Reserve (The Fed) sehingga menambah ketidakpastian. 

Pada Selasa (18/6), imbal hasil Treasury 10-tahun sedikit meningkat menjadi 4,2808%, sementara imbal hasil obligasi Treasury 2-tahun naik menjadi 4,7629%. Kenaikan imbal hasil ini berdampak pada harga emas, karena imbal hasil yang lebih tinggi biasanya mengurangi daya tarik aset yang tidak menghasilkan imbal hasil.

Analis senior di City Index, Matt Simpson menuturkan bahwa harga emas akhir-akhir ini berfluktuasi tanpa pergerakan yang signifikan. Ia berpendapat bahwa penjualan ritel yang mengecewakan dapat memicu kenaikan harga emas di atas US$2.350. 

Menurut FedWatch Tool dari CME Group, kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan November mencapai 75%, yang selanjutnya dapat mempengaruhi tren emas.

Harga Batu Bara 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Juli 2024 di ICE Newcastle melemah 0,44% ke level US$134,90 per metrik ton pada penutupan perdagangan Selasa (18/6). Kemudian, batu bara kontrak Agustus 2024 menguat 0,22% ke US$137,90 per metrik ton.

Mengutip ETEnergyWorld, S&P Global Commodity Insights menuturkan bahwa India siap meningkatkan konsumsi batu bara untuk memenuhi permintaan listrik yang meningkat, di tengah menurunnya produksi pembangkit listrik tenaga air karena kurangnya curah hujan. 

Selama tahun fiskal 2023-2024, produksi batu bara India mendekati angka 1 miliar metrik ton, sejalan dengan strategi pemerintah untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara Impor. Namun, di lain sisi India mengimpor 85 juta metrik ton batu bara termal pada 2024 karena menurunnya produksi pembangkit listrik tenaga air. 

“Paruh pertama 2024 berpotensi menunjukkan impor batu bara yang lebih kuat dibandingkan paruh kedua di tengah kemungkinan penurunan pembangkit listrik tenaga air akibat dampak El Nino,” jelas analis Senior (Global Power and Renewables) S&P Commodity Insights, Pat See Khoo. 

Adapun, batu bara tetap dominan dalam bauran energi India karena lambannya penggunaan energi terbarukan dalam total pembangkit listrik.  Selain itu, fokus India pada infrastruktur telah meningkatkan permintaan baja secara signifikan meningkatkan kebutuhan batu bara kokas. 

Harga CPO 

Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada penutupan perdagangan Selasa (18/6) kontrak Agustus 2024 menguat 34 poin ke 3.944 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Berikutnya, kontrak Juli 2024 juga ditutup menguat 18 poin menjadi 3.955 ringgit per ton. 

Mengutip Bernama, pedagang minyak sawit David Ng menuturkan bahwa kontrak berjangka CPO ditutup lebih rendah pada Selasa (18/6) karena kekhawatiran atas melemahnya permintaan dan peningkatan produksi dalam beberapa minggu mendatang. 

Ia juga mengatakan bahwa harga CPO didukung pada RM3.800 per ton dan resistensi pada RM3.950 per ton. 

Sebelumnya, dealer berpendapat bahwa kontrak berjangka CPO diprediksi akan meningkat pada minggu ini karena cuaca yang diprediksi baik dan adanya peningkatan produksi. 

Pedagang senior minyak sawit dari Interband Group of Companies, Jim Teh, memperkirakan bahwa harga CPO akan berada di kisaran RM3.700 hingga RM3.800 per ton pada minggu ini karena stok yang melimpah.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper